Jakarta, CSW – Ada kabar baik nih tentang persaudaraan antar agama di Indonesia. Istilahnya menarik, Kristen Muhammadiyah atau KrisMuha dan NU Nasrani. Padahal yang kita tahu kan Muhammadiyah dan NU dua nama organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Yang menariknya ada kata Kristen dan Nasrani di sana. Istilah KrisMuha ramai dibicarain gara-garanya waktu diskusi buku awal minggu lalu di kemendikbudristek. Judulnya ‘Kristen Muhammadiyah’, yang ditulis dua tokoh Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq.
Buku itu disusun berdasarkan penelitian mereka tentang fenomena KrisMuha di berbagai daerah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Jadi sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan, Muhammadiyah kan memang melebarkan sayap ke seluruh Indonesia.
Termasuk ke daerah-daerah 3 T atau Terdepan, Terpencil dan Tertinggal. Di daerah-daerah tertentu seperti NTT, Papua, dan Kalimantan Barat, Muhammadiyah berjumpa dengan masyarakat Kristen.
Nah, di sanalah, Muhammadiyah mengembangkan lembaga pendidikan, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Di sekolah-sekolah itu ada banyak siswa Kristen. Terjadilah komunikasi intensif antara siswa-siswa muslim dan Kristen.
Kedatangan Muhammadiyah ke sana nggak menghilangkan identitas Kristen warga setempat. Malah hadirnya Muhammadiyah berperan besar untuk menjembatani hubungan antar umat.
Umat Kristen dalam komunitas Muhammadiyah inilah yang disebut Kristen Muhammadiyah. Mereka merasa bagian dari keluarga Muhammadiyah tanpa kehilangan jati diri sebagai umat Kristen.
Mereka aktif terlibat dalam kegiatan yang memajukan Muhammadiyah. Hmm yang dilakukan Muhammadiyah ini memang luar biasa membahagiakan dan mengagumkan ya Buku Kristen Muhammadiyah itu sebenarnya sudah terbit 2009 lalu, tapi data-datanya nggak detail.
Tapi sekarang buku itu diterbitkan kembali sama penerbit Kompas Gramedia, setelah disempurnakan oleh penulisnya. Selain Muhammadiyah, NU juga memiliki apa yang disebut sebagai NU Nasrani.
Tapi bentuknya agak beda nih dari Kristen Muhammadiyah. Di NU, istilah ini diperkenalkan sejumlah tokohnya yang berusaha membangun semangat persaudaraan umat islam dan Kristen.
Istilah ‘NU Cabang Nasrani’ sempat ramai dibicarain gara-gara pernyataan Ketua Umum PB NU Kyai Said Aqil Siroj ketika bertemu Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Januari 2021 kemarin.
Kyai Said waktu itu menyebut Kapolri yang beragama Kristen sebagai NU cabang Kristen. Awalnya istilah itu memang terkesan main-main, tapi kemudian banyak digunakan untuk menggambarkan kemesraan hubungan umat Kristen dan NU.
Sebagai sebuah organisasi islam terbesar, NU memang terlihat berusaha membangun persaudaraan dengan umat Kristen. Salah satu contoh terpenting nih adalah bagaimana NU menurunkan para anggotanya untuk menjaga gereja waktu umat Kristen merayakan Natal dan hari besar lainnya.
Bahkan tahun 2000 lalu, ada seorang anggota Banser NU yang tewas karena pengorbanannya mencegah aksi peledakan bom di gereja yang dijaganya di Mojokerto. Waktu itu Banser dan polisi mendapat informasi benda mencurigakan di depan gereja.
Riyanto kemudian membawa bungkusan itu menjauh dari gereja, dengan harapan nggak ada warga Kristen yang menjadi korban. Nah, bungkusannya itu meledak dan Riyanto menjadi korban.
Riyanto mati syahid dan dia menjadi simbol dari keberanian dan komitmen NU menjaga persatuan Indonesia. Tapi sikap NU yang membangun sikap persaudaraan dengan umat Kristen ini bukannya tidak mendapat tentangan ya.
Pernyataan Kyai Said Aqil Siradj yang menerima Kapolri dengan tangan terbuka sebagai saudara sesama NU pun dikecam sebagian kalangan internal NU sendiri. Tapi kenyinyiran semacam itu nggak menghambat NU untuk selalu terbuka.
Dan ini bukan hanya dilakukan pada umat Kristen. Bukan hanya di gereja, di Bali anggota Banser juga sudah terbiasa berbaur dengan umat Hindu. Sejak lama anggota Banser biasa bersama dengan pecalang atau kumpulan pengamanan secara adat di Pulau Dewata, mengamankan perayaan agama Hindu di Bali.
Secara organisasi, di Bali juga ada perkumpulan yang diisi umumnya warga NU, yang bersahabat karib dan bersaudara dengan warga Hindu.
Namanya Persaudaraan Hindu-Muslim Bali (PHMB) yang dimotori seorang pengagum Gus Dur dan tokoh di Denpasar Anak Agung Ngurah Agung. Saking terbukanya NU dengan non-Muslim, di Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, ada pondok pesantren yang pengurusnya beragama Hindu.
Tokoh NU sekaligus cendekiawan dan sejarawan Islam Nusantara, KH. Ahmad Baso bahkan menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah Nusantara memang terdapat banyak komunitas Kristen yang berjasa mendirikan partai NU.
Salah satunya, komunitas Nasrani Batak Simalungun Sumatera Utara yang berjasa mendirikan Partai NU jelang Pemilu 1955. Apa yang dicontohkan Muhammadiyah dan NU layak menjadi teladan buat kita semua.
Agama seharusnya menjadi kekuatan pemersatu, bukan pemecah belah. Terimakasih Muhammadiyah, terimakasih NU. Saya, Rizka Putri, undur diri.