Kata Siapa Anak Muda Tidak Peduli Politik?

360

Jakarta, CSW – Survei CSIS terbaru menunjukkan anak muda Indonesia peduli dengan politik. Ini kabar gembira lho. kan kita tahu ya, anak muda menjadi faktor penentu dalam menentukan siapa yang akan jadi Presiden dan para anggota parlemen nanti.

Dalam Pemilu 2024, diperkirakan anak muda akan jadi kelompok paling dominan. Kelompok generasi z dan milenial yang berada di rentang usia 17-39 tahun merupakan 60 persen lho, dari total pemilih.

Kira-kira akan ada 114 juta pemilih dari Gen z dan Milenial. Karena itu, tingkat partisipasi politik mereka akan menentukan. Kalau kaum muda apatis, ini pasti berdampak pada masa depan Indonesia.

Kalau mereka tidak peduli, Indonesia bisa punya pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas rendah. Indonesia sudah mengalami kemajuan yang luar biasa. Tapi. itu akan bisa saja berubah, kalau kita punya pemimpin dan wakil rakyat yang salah.

Masalahnya, ada kekhawatiran bahwa para anak muda ini tidak peduli pada politik. Mereka dianggap lebih sibuk kerja, cari duit, jedag-jedug di tiktok, ngobrolin gossip selebritis di Senopati.

Intinya ada anggapan anak muda itu maunya cuma having fun, nggak mau ngurusin hal-hal serius apalagi kayak politik. Bahkan yang paling ditakutkan adalah mereka memilih tidak datang ke TPS.

Nah, ini yang dibantah oleh hasil penelitian CSIS. Survei nasional ini difokuskan pada generasi z dan milenial. Memang waktu penelitiannya tidak terlalu baru. Penelitian dilakukan Agustus 2022, jadi sekitar setengah tahun yang lalu lah.

Tapi hasilnya sih kelihatannya tidak akan berubah banyak kalaupun penelitian dilakukan sekarang. Penelitian dilakukan di 34 kota, dengan 1200 responden. Hasil survey menunjukkan partisipasi politik anak muda ternyata sangat tinggi.

Pada 2014, 86% warga berusia 17-39 tahun ikut memilih dalam Pemilu. Dan pada 2019, angka itu melonjak mencapai 91,3%. Jadi yang tidak datang ke TPS, tidak sampai 10%. Diperkirakan persentase yang tinggi itu akan berulang pada 2024.

Kita belum tahu apakah mereka akan tetap memilih dalam Pemilu tahun depan. Tapi kalau dilihat gejalanya, angka itu kemungkinan besar tidak akan banyak berubah. Penelitian ini juga menunjukkan, berbeda dengan anggapan sebagian orang, anak muda ini opitimistis.

Misalnya saja dalam pandangan mereka soal kebebasan sipil. Sekitar 70 persen anak muda ini menganggap kondisi kebebasan pers dan kebebasan berbicara di Indonesia masuk kategori bebas.

Bahkan lebih dari 80 persen menganggap kebebasan berorganisasi dan kebebasan akademik di Indonesia masuk kategori yang bagus. Menarik juga untuk melihat corak pemimpin dan wakil rakyat seperti apa yang mereka harapkan.

Pada survey 2019, yang masuk dalam peringkat tertinggi adalah karakter pemimpin yang merakyat dan sederhana. Mungkin ketika itu orang melihat sosok Presiden Jokowi yang memang nampak seperti itu.

Tapi kali ini, persentasenya berubah. Hanya sekitar 16 persen anak muda yang menganggap Indonesia butuh pemimpin yang merakyat dan sederhana. Kalau begitu, apa ya, yang bisa disebut sebagai karakter pemimpin yang dibutuhkan saat ini?

Ternyata jawabannya adalah, pemimpin yang jujur dan bersih dari korupsi. 35 persen anak muda mengatakan Indonesia butuh pemimpin sepert itu. Dan ini merupakan peningkatan luar biasa di bandingkan tahun 2019.

Di masa itu hanya 11 persen lho, anak muda yang bilang butuh pemimpin yang jujur dan anti korupsi. Ini menunjukkan sekarang perang melawan korupsi adalah kata kunci. Juga ada perubahan luar biasa dalam hal sumber informasi.

Jadi para anak muda itu ditanya, apa rujukan utama mereka dalam memperoleh informasi?Ternyata hampir 60% bilang, sumber informasi utama mereka adalah media sosial. Sementara yang bilang televisi hanya 32%. Berita online 6,3%. Surat kabar tinggal 1%.

Ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak muda ini mengandalkan apa yang mereka baca di media sosial dibandingkan berita-berita yang disampaikan media massa. Ini diperkuat dengan data bahwa sekitar 93,5% anak muda menggunakan internet. Hanya 6,5% yang tidak.

Sementara media sosial yang paling banyak digunakan adalah Whatsapp. Pengguna WA di kalangan anak muda mencapai 98%. Di peringkat kedua adalah FB, dengan penggunanya di kalangan muda 85%. Di peringkat ketiga adalah Youtube dan Instagram, sama-sama 75%. Terus ada Tiktok dengan 56%. Dan yang paling buncit adalah twitter. Hanya 25% anak muda yang masih menggunakan twitter.

Penelitian ini penting untuk menunjukkan bahwa anak muda Indonesia masih memiliki kepedulian politik yang tinggi. Juga penting untuk mengetahui bahwa bagi mereka, perang melawan korupsi adalah satu hal yang paling menentukan dalam memilih pemimpin.

Sekarang, kita tinggal harapkan bahwa partai-partai politik dapat mengajukan calon presiden dan wakil rakyat yang sesuai dengan harapan itu.