Jakarta, CSW – Invasi militer Rusia ke Ukraina baru-baru ini telah mendominasi pemberitaan media internasional. Namun, ada satu aspek yang belum banyak diulas, yaitu peran civil society dalam perang tersebut. Dalam hal ini, kiprah berbagai badan amal dan LSM Ukraina di tengah invasi Rusia.
Badan amal dan kelompok sukarelawan Ukraina telah mengumpulkan lebih dari 4 juta dollar AS dalam sumbangan mata uang kripto, sejak awal invasi pasukan Rusia. Demikian menurut laporan perusahaan analisis blockchain Elliptic, yang dikutip euronews.com, Jumat, 25 Februari lalu.
Totalnya termasuk satu donasi tunggal senilai 3 juta dollar AS, yang diterima pada 25 Februari, kata perusahaan itu.
Kelompok-kelompok yang menerima sumbangan kripto termasuk Come Back Alive, sebuah LSM Ukraina yang memulai crowdfunding untuk membeli rompi antipeluru untuk militer Ukraina, setelah aneksasi Rusia atas Krimea pada 2014.
Menurut situs webnya, badan amal tersebut saat ini menggunakan sumbangan untuk membayar peralatan dan pelatihan bagi angkatan bersenjata Ukraina.
Kyiv Independent, sebuah organisasi berita independen yang melaporkan dalam bahasa Inggris, juga telah mengumpulkan lebih dari €12.000 dalam mata uang kripto.
Juga, Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan, rekening bank pemerintah yang dibentuk untuk mengumpulkan dana bagi militer negara itu telah menerima sekitar €900.000 dalam bentuk sumbangan dalam satu hari.
Melanggar Syarat dan Ketentuan
LSM Ukraina telah melihat lonjakan sumbangan sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari. Pemerintah Ukraina juga telah meminta sumbangan uang tunai untuk mendukung pasukan pertahanannya, mengarahkan pemberi sumbangan ke rekening khusus yang dibuat oleh bank nasional Ukraina. .
“Kami berterima kasih kepada semua orang yang menemukan cara untuk mendukung tentara Ukraina. Kami menghargai dukungan Anda, ini sangat penting saat ini,” kata kepala Bank Nasional Ukraina, Kyrylo Shevchenko, dalam pernyataan tertulisnya.
Tetapi tidak semua upaya untuk mengumpulkan uang berhasil.
Pada 25 Februari, situs crowdfunding yang berbasis di Amerika Serikat, Patreon, mencabut permohonan dukungan untuk pasukan militer Ukraina dari Come back Alive, dengan mengatakan hal itu melanggar kebijakan situs.
“Pagi ini, Patreon menangguhkan halaman organisasi dari situs kami yang disebut ‘Come Back Alive’ karena melanggar kebijakan kami. Situs web organisasi mengatakan, mereka menggunakan kontribusi untuk membiayai dan melatih personel militer,” kata Patreon dalam sebuah pernyataan.
Situs crowdfunding mengatakan bahwa Come Back Alive berencana untuk membelanjakan uang yang diperolehnya untuk “1.500 tablet dengan perangkat lunak untuk artileri Gunnya-Armour, 230 quadcopters, 45 sistem pengawasan seluler,” serta pelatihan untuk “350 penembak jitu, lebih dari 2.000 pencari ranjau dan lebih dari 3.000 penembak.”
Semua itu dianggap merupakan pelanggaran terhadap syarat dan ketentuannya. Di berbagai negara, badan amal dan LSM biasanya memang lebih banyak bergerak untuk tujuan sosial, bagi masyarakat sipil yang ditanganinya. Misalnya, kaum pengungsi, korban bencana alam, kelaparan, atau korban perang.
Kontroversial dan Bermasalah
Penggalangan dukungan keuangan untuk kepentingan militer secara langsung, dianggap kontroversial dan bermasalah. Walaupun, dalam hal ini militer Ukraina bisa berdalih berada dalam posisi sebagai pihak yang diserang oleh militer Rusia, bukan pihak penyerang.
Namun, yang namanya mengumpulkan sumbangan uang untuk tujuan militer, sudah pasti menimbulkan perdebatan. Kalau niatnya untuk mendukuing militer Ukraina, sudah ada jalur-jalurnya sendiri. Bukan lewat jalur LSM dan badan amal.
“Kami tidak mengizinkan Patreon digunakan untuk mendanai senjata atau kegiatan militer,” kata Patreon, seraya menambahkan bahwa semua sumbangan yang diterima sejauh ini akan dikembalikan.
Dalam pernyataannya, perusahaan mengarahkan sumbangan masa depan ke badan amal Masyarakat Palang Merah Ukraina, Suara Anak-anak, dan Prajurit yang Dibangkitkan Ukraina.
Euronews Next telah menghubungi Come Back Alive untuk meminta komentar mereka terkait sumbangan ini. Tetapi hingga saat tulisan ini dipublikasikan, belum ada tanggapan dari Come Back Alive.
Di tengah konflik militer atau perang, ada saja LSM yang dianggap bermasalah. Hal ini karena mereka menggalang pendanaan, yang ujung-ujungnya bukan jatuh ke tangan rakyat sipil, tetapi jatuh ke tangan militer atau pihak-pihak yang berperang secara langsung. #
(Satrio Arismunandar)