Jakarta, CSW – Ada berbagai pendekatan dominan dalam menganalisis tumbuhnya peran lembaga swadaya masyarakat (LSM), dalam pemberian bantuan pembangunan. Misalnya, pendekatan neo-konservatif, liberal, atau neo-Marxis. Namun, berbagai pendekatan ini cenderung mengabaikan relasi kuasa (power relation) implisit, yang membentuk dan membatasi tindakan LSM.
Hal itu diungkapkan oleh Laura Macdonald, Asisten Profesor Ilmu Politik dari Carleton University, Ottawa. Macdonald menyampaikan pengamatannya itu dalam bukunya, Supporting Civil Society: The Political Role of Non-Governmental Organizations in Central America (1997).
Macdonald mengupas masalah tersebut dengan mengkaji dampak LSM dalam dua kasus, yakni di Nikaragua dan Kosta Rika. Di dua negara Amerika Tengah tersebut, LSM memiliki peran penting yang potensial untuk dimainkan, dalam mendukung pembangunan ekonomi dan demokratisasi.
Namun, ada anggapan bahwa kecenderungan untuk meromantisasi aktivitas LSM dan kelompok akar rumput adalah menyesatkan dan berbahaya. Hanya dengan cara mengungkap relasi kuasa yang terlibat antara donor dan penerima, dan di dalam komunitas lokal, maka kontribusi bentuk-bentuk organisasi ini dapat dinilai.
Oleh karena itu, penting bagi aktor internasional dan domestik untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang apa itu LSM, bagaimana mereka beroperasi, apa yang memotivasi pendekatan khusus mereka.
Juga, bagaimana mereka terkait dengan negara dan gerakan sosial dalam konteks yang beragam. Studi Macdonald ini ditempatkan dalam konteks teoritis tentang hubungan antara negara dan masyarakat sipil, serta peran LSM dalam pengembangan masyarakat sipil.
Proyek-proyek LSM saat ini paling sering dievaluasi berdasarkan kontribusi jangka pendeknya terhadap standar hidup masyarakat miskin. Macdonald menyimpulkan, dampak proyek-proyek yang diperiksa tersebut ternyata sangat minim dalam meningkatkan standar hidup masyarakat miskin.
Kontribusi Pada Demokrasi
Masalah sering dikaitkan dengan ketidakmampuan LSM, untuk mempengaruhi kekuatan nasional dan internasional yang lebih luas yang terpenting, dalam menentukan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Namun, ada pendapat bahwa dampak politik kegiatan LSM berpotensi lebih penting daripada efek jangka pendek pada kondisi material.
LSM tidak serta merta berkontribusi pada penguatan masyarakat sipil vis-a-vis negara. Sebagai contoh, dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) untuk LSM di Amerika Tengah seringkali hanya mengarah pada bentuk partisipasi instrumental oleh penerima manfaat dalam proyek. Hal ini cenderung melemahkan partisipasi dalam gerakan sosial yang lebih luas.
LSM kemungkinan besar akan berkontribusi pada demokratisasi dalam jangka panjang, jika mereka mendukung partisipasi nyata di tingkat akar rumput. Juga, mendukung pembangunan aliansi kelompok-kelompok bawah, yang berusaha menantang keseimbangan kekuatan politik nasional agar menguntungkan mereka.
Selain itu, LSM internasional dapat membantu menciptakan model untuk hubungan yang lebih egaliter antara negara-negara Utara dan Selatan, dengan menghindari paternalisme dan berkontribusi pada konsolidasi bertahap masyarakat sipil internasional.
Optimisme Awal
Macdonald pertama kali tertarik mempelajari LSM pada 1984 karena optimisme yang melekat pada dirinya. Pada saat itu, kritik terhadap upaya pembangunan resmi telah menyebar luas. Berbeda dengan proyek birokratis, yang mementingkan diri sendiri, dan padat modal dari lembaga bantuan negara, LSM tampaknya menawarkan model potensial untuk bentuk pembangunan yang lebih adil dan partisipatif.
Sejak itu, Macdonald kemudian menjadi lebih kritis terhadap LSM. Ternyata LSM tidaklah sempurna, dan LSM memiliki banyak masalah yang terkait dengan bantuan resmi. Namun, Macdonald tetap optimis. Perasaan ini pertama-tama berakar pada optimisme yang ia temui di antara orang-orang yang seharusnya menjadi penerima bantuan LSM.
Terlepas dari masalah yang dihadapi sebagian besar proyek, para peserta proyek di Kosta Rika dan Nikaragua tetap ceria, energik, dan berdedikasi untuk meningkatkan kehidupan mereka sendiri dan kesejahteraan komunitas mereka.
Kedua, komitmen, kepekaan, dan kecerdasan yang ia temukan di antara banyak pria dan wanita yang bekerja untuk LSM, baik di negara-negara Utara maupun Selatan, mendorong keyakinannya yang terus-menerus tentang potensi positif bantuan LSM.
Kesediaan para aktivis LSM untuk belajar dari kesalahan mereka, menanggapi tuntutan dari kalangan akar rumput, dan terus-menerus memeriksa kembali asumsi dasar mereka tentang pembangunan –diyakini Macdonald– adalah kunci kemajuan di masa depan.
Orang-orang ini mungkin mewakili minoritas kecil dalam komunitas LSM secara keseluruhan. Tetapi mereka memiliki dampak yang signifikan di luar batas-batas organisasi mereka sendiri. Banyak dari individu-individu ini memberikan dukungan, nasihat, inspirasi dan dorongan untuk proyek.
Bervariasi Antar Negara
Macdonald memeriksa beberapa asumsi yang mendasari penekanan baru pada masyarakat sipil, dan bagaimana kinerja sejumlah LSM bertentangan dengan harapan yang telah diberikan kepada mereka. Titik awal yang penting adalah pengakuan bahwa masyarakat sipil bervariasi secara dramatis antar negara, seperti halnya sifat hubungan antara negara dan masyarakat sipil.
Dalam konteks program penyesuaian struktural neoliberal yang diberlakukan di seluruh Dunia Ketiga, penekanan pada masyarakat sipil mungkin malah melemahkan, bukan memberdayakan. Oleh karena itu, setiap pembahasan terhadap peran LSM dalam masyarakat sipil harus ditempatkan dalam konteks sejarah yang spesifik.
Amerika Tengah adalah sebuah wilayah yang dikenal karena ketidaksetaraannya yang intens, intervensi eksternal, negara-negara otoriter, dan masyarakat sipil yang lemah. Penelitian Macdonald berlangsung pada 1988 dan 1989, ketika Amerika Serikat –di bawah Presiden Ronald Reagan– secara aktif mempromosikan strategi kontra-insurjensi (counterinsurgency), yang berdampak besar pada negara bagian dan LSM di semua negara di kawasan itu.
Namun, ada juga variasi yang jelas dalam hubungan negara-masyarakat sipil antara negara-negara kawasan. Dua negara yang dipilih untuk analisis, Kosta Rika dan Nikaragua, mewakili dua kasus yang sangat berbeda.
Membandingkan pekerjaan LSM di kedua negara ini dilakukan, karena lembaga mereka yang relatif demokratis memberikan peluang terbesar di kawasan Amerika Tengah bagi LSM, untuk menempa strategi ekonomi dan politik yang ditujukan untuk perubahan sosial jangka panjang.
Meskipun keadaan kedua negara Amerika Tengah itu sangat berbeda, keduanya terlibat dalam bentuk intervensi yang luas dalam masyarakat sipil, yang membatasi otonomi LSM dan gerakan rakyat.
Melihat peran LSM dalam pertumbuhan masyarakat sipil, memerlukan pandangan pembangunan yang berbeda dari pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional biasanya mengkaji pertumbuhan Produk Nasional Bruto, tingkat industrialisasi dan indikator ekonomi lainnya.
Namun juga melibatkan tantangan terhadap pendekatan tradisional dalam studi Hubungan Internasional, yang masih berfokus pada negara bangsa sebagai aktor utama dalam politik global. Tentu saja, analisis peran “aktor non-negara” dalam sistem internasional tidak sepenuhnya baru.
Tradisi liberal Hubungan Internasional melihat berbagai kontak individu dan kelompok lintas batas sebagai kekuatan progresif fundamental dalam transformasi global. Namun, pendekatan liberal, bagaimanapun, gagal memeriksa berbagai bentuk relasi kuasa yang menghubungkan negara dan masyarakat sipil, ruang publik dan privat, dan yang mendasari ekspansi kontemporer berbagai LSM tersebut.