Misi Kemanusiaan Gereja Di Cianjur Kok Dituduh Kristenisasi

518

Jakarta, CSW – Ada berita memprihatinkan nih dari Cianjur. Daerah ini kan baru saja kena gempa yang menewaskan sekitar 320 warga. Tapi bukannya berusaha membantu, tiba-tiba saja ada orang-orang yang justru menyebar berita yang memprovokasi kemarahan.

Mereka menyebarkan berita bohong kalo ada misionaris Kristen yang berpura-pura memberi bantuan kemanusiaan padahal sedang melakukan Kristenisasi. Di videonya digambarkan sejumlah pria mencabut label yang menempel pada tenda-tenda bantuan untuk korban gempa di Cianjur.

Video itu disertai dengan peringatan: “Tenda-tenda kaum misionaris Kristen sudah di Cianjur pasca Gempa. Ayo jihat. Jangan sampai kaum kufar menguasai media.”  bvDi video itu, terdengar ada suara tawa waktu aksi pencopotan label terjadi.

Untungnya tenda-tenda bantuan tersebut nggak dihancurkan. Dalam label yang dicopot itu tertulis nama Tim Bantuan Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia. Nah Belakangan diketahui, LSM yang melakukan aksi sepihak itu bernama Garis, yang terafiliasi ISIS.

Kecaman terhadap aksi pencabutan label tersebut sudah bermunculan. Bupati Cianjur Herman Suhermen bilang kalo aksi itu seharusnya tidak terjadI. Tapi Herman juga menyayangkan misi kemanusiaan itu, kenapa harus membawa label gereja pada tenda bantuannya.

Gubernur Jawa Barat bersikap lebih keras lagi. Menurutnya, aksi pencopotan nama gereja ini sangat disesalkan dan tidak boleh terulang lagi. Ridwan mengatakan bencana alam bisa terjadi pada siapa saja.

Begitu juga pihak pemberi bantuan, bisa dilakukan oleh siapa saja. Menurutnya, adanya label nama gereja di tenda bantuan adalah wajar, karena itu merupakan bagian dari pertanggungjawaban terhadap donatur.

Ridwan menegaskan, bantuan kemanusiaan tak boleh dinodai unsur kebencian antar golongan. Dia juga meminta pihak kepolisian segera bertindak dan menjaga agar hal serupa tidak terulang lagi.

Apa yang terjadi di Cianjur ini sangat memprihatinkan. Tapi nampaknya ada upaya sengaja untuk menuduh bahwa Cianjur adalah daerah yang menjadi sasaran Kristenisasi. Beberapa hari yang lalu, beredar sebuah video di kanal Youtube Miftah TV dengan peringatan soal Kristenisasi.

Judulnya: “Geger! Soal Gempa dan Kristenisasi di Cianjur, Banyak Muslim Pindah ke Kristen dari Islam?” Video yang diupload pada 24 November itu sudah disaksikan 72 ribu penonton. Sebelumnya sebuah tulisan di website Nahimunkar.org, pada 22 November, menurunkan tulisan berjudul: “Gempa Ciajur dan Kasus Kristenisasi”.

Digambarkan di desa Panyawangan, Ciranjang Cianjur, sekarang hampir 100% penduduknya pindah agama menjadi kristen. Daerah lain yang juga berhasil dikristenkan selain Cianjur adalah Cideres Majalengka, Cigugur Kuningan, Cikembar Sukabumi.

Misionaris fokus pada daerah miskin Cianjur Selatan, Garut Selatan, Banten Selatan. Digambarkan para misionaris Kristen melakukan berbagai cara untuk melakukan Kristenisasi.

Misalnya saja mereka berpura-pura menjadi muslim dengan menggunakan kerudung dan peci. Kristenisasi juga dilakukan dengan modus iming-iming uang, mobil, dan motor. Kaum Kristen itu mentargetkan anak-anak tokoh di daerah.

Mereka bahkan menikah dengan perempuan-perempuan muslim. Banyak muslimat yang baru tahu setelah pernikahan bahwa suaminya bukan muslim. Sebagian meneruskan pernikahan, sebagian lainnya memilih bercerai.

Menurut Nahimunkar, Orang-orang Kristen sudah menguasai puluhan ribu hektar tanah di Cianjur. Benarkah isi berita itu? Ternyata, hoax. Tulisan dan video itu ternyata cuma mengkopi sebuah berita yang diulang-ulang sejak 2018.

Fitnah Kristenisasi itu sudah dibantah oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kenkemenag) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 lalu. Kemenag menyatakan berita kristenisasi Cianjur itu tidak benar.

Kemenag bahkan sudah mengirimkan tim peneliti ke Cianjur. Nyatanya peneliti tidak menemukan ada tanda-tanda Kristenisasi di berbagai daerah di Cianjur. Warga nonmuslim yang berada di Cianjur bukanlah mereka yang pindah agama dari islam, melainkan memang merupakan warga keturunan nonmuslim.

Ironisnya, peneliti Kemenag menemukan, justru yang banyak terjadi adalah pindahnya warga nonmuslim menjadi muslim. Penyebaran fitnah tentang Kristenisasi di Cianjur itu sangat tidak pantas.

Kondisi Cianjur saat ini kan sedang memprihatinkan. Lebih dari 320 warga tewas, sekitar 2000 luka-luka, dan lebih dari 60 ribu warga harus mengungsi. Sekitar 56 ribu rumah rusak.

Fasilitas lain yang rusak adalah 31 unit sekolah, 124 tempat ibadah, 3 fasilitas kesehatan, dan 13 gedung perkantoran. Dengan kondisi itu, Cianjur sangat membutuhkan pertolongan.

Karena itu aksi kemanusiaan gereja seharusnya didukung dong dan bahkan dicontoh oleh organisasi-organisasi keagamaan lain. Yuk, marilah kita terus membangun rasa persaudaraan sesama bangsa. Perbedaan agama bukan hal yang harus dicurigai, melainkan seharusnya disyukuri.