Netizen Terus Bongkar Kelakuan Petugas Bea Cukai

159

Jakarta, CSW – Belakangan ini Bea Cukai sedang kewalahan. Karena banyak banget warga yang menyebarkan cerita-cerita yang menunjukkan betapa nggak profesionalnya cara kerja petugas bea cukai kita di medsos. Yang terbaru yang viral ada video yang menampilkan adegan seorang warga negara asing yang nggak bisa mengambil alat kesehatan di kantor Bea Cukai Ngurah Rai.

Padahal alat bantu buang air kecil itu sangat dibutuhkan kawannya yang kelihatan nggak sehat dan datang ke kantor Bea Cukai dengan menggunakan kursi roda. Kesannya petugas Bea Cukai ini mempersulit pengambilan alat yang sebenarnya sangat diperlukan. Para netizen pun bereaksi. Kritik bermunculan. Bahkan ada netizen yang menulis. “Mungkin motto bea cukai kalo bisa dipersulit kenapa harus dipermudah?”.

Belakangan memang ada penjelasan dari Tim Humas Bea Cukai. Mereka bilang, mereka hanya menjalankan tugas. Alat kesehatan dari luar negeri semacam itu harus diawasi secara ketat dan harus punya izin khusus. Yang bikin peraturan bukan Bea Cukai, tapi kementerian Kesehatan. Tapi kabarnya, kasus ini sudah berakhir dengan baik.

Wisatawan asing sudah memperoleh izin menggunakan alatnya di Indonesia. Tapi rasanya ada satu hal penting dari cerita ini. Netizen ternyata langsung menyalahkan Bea Cukai. Dan itu kayaknya terjadi karena image Bea Cukai akhir-akhir ini memburuk. Masyarakat yang mungkin sudah lama kesal dengan pengalaman dengan Bea Cukai, sekarang punya medsos untuk nyampein uneg-uneg mereka.

Keramaian soal bea Cukai ini dimulai pertengahan Maret lalu. Ketika itu seorang netizen, Fatimah Zahratunnisa menulis tweet yang mengeluhkan kelakuan petugas bea cukai. Dia bercerita pernah memenangkan kompetisi bernyanyi di Jepang, tahun 2015. Dapet juara 1, Fatimah hanya memperoleh piala besar.

Tapi karena ukurannya, piala itu dikirim dengan kurir pengiriman dan bukan pulang bersamanya. Jadi nggak dibawa pulang sama dia. Sesampainya di Indonesia, piala Fatimah tertahan di bea cukai dengan tagihan mencapai 4 juta rupiah. Tentu saja Fatimah keberatan. Masak sih piala disamakan dengan barang dagangan?

Karena itulah dia mengajukan keberatan ke Kantor Bea Cukai agar bisa mengambil pialanya. Ternyata di sana dia malah dipermainkan. Dia misalnya disuruh bernyanyi. Begitu aja ada petugas bea cukai yang memalaknya. Si petugas itu bilang, “Kamu ada uang berapa sekarang? Bisa bayar berapa?”. Jadi memang terkesan sangat nggak sopan. Sesudah Fatimah ada pula cerita Alissa Wahid.

Mbak Alissa ini kan putri sulung mantan presiden kita, Gus Dur. Jadi cuitannya pun langsung menggema. Dia tuh bercerita tentang pengalamannya pulang dari Taiwan. Nah petugas Bea Cukai nggak ngenalin ternyata. Gara-gara itu Mbak Alissa pun mengalami perlakuan yang nggak menyenangkan. Kopernya diobrak-abrik. Gaya bicara si petugas pun intimidatif.

Dengan nada curiga, si petugas bertanya, memang di Taiwan dia bekerja sebagai apa, berapa gajinya? Mbak Alissa sengaja tidak menjelaskan siapa dia sebenarnya. Dia ingin menyaksikan sendiri kelakuan petugas bea cukai yang selama ini cuma didengarnya dari satu cerita orang.

Sesudah itu ada pula seorang tenaga kerja wanita bernama Yuni yang bekerja di Hongkong. Dia cerita bahwa gamis yang dibelinya kena pajak tinggi oleh petugas bea cukai. Padahal gamisnya itu berharga cuma Rp 200 ribu kena pajaknya sampai Rp 9 juta. Dia merekam percakapan lewat telepon yang dia lakukan dengan petugas Bea Cukai.

Ada pula cerita dari tokoh marketing Indonesia, Rhenald Kasali. Dia bilang setiap kali dia pulang dari luar negeri, hatinya berdebar-debar ketika barang-barangnya akan diperiksa Bea Cukai. Yang lebih mengesalkan lagi, sikap petugas bea cukai itu sangat nggak sopan. Barang-barang si penumpang diacak-acak. Obat yang dibawa Rhenald, dibuka satu per satu, bahkan tanpa sarung tangan.

Sangat tidak higienis, kata Rhenald. Cerita menjadi semakin seru ketika di media sosial muncul sebuah surat terbuka yang mengatasnamakan Pegawai Bea Cukai Milenial Kualanamu, Sumatera Utara. Si penulis membongkar beragam modus kejahatan yang dilakukan oknum pejabat bea cukai dari berbagai level, khususnya selama periode Januari-Desember 2022.

Si penulis menyatakan telah terjadi pelanggaran secara terstruktur, sistematis dan masif bukan saja di Kualanamu tapi juga oleh direktorat Bea Cukai di seluruh Indonesia. Penyelewengan petugas Bea Cukai ini terjadi di hampir semua tempat keluar masuk penumpang dari luar negeri, baik yang melalui jalur darat maupun jalur laut.

Satu per satu kisah itu muncul di media sosial. Image Bea Cukai pun memburuk. Apalagi kemudian terdengar berita tentang sikap para petugas Bea Cukai di Bandara Soekarno Hatta yang tersinggung dengan kritikan seorang netizen bernama Tio Aryo di media sosial. Ini gara-gara Tio meminta warganet untuk menguliti harta kekayaan para pejabat Bea Cukai.

Tio juga mengkritik para pejabat Bea Cukai yang mendapatkan bonus besar padahal targetnya kecil. Nggak lama setelah itu, di WA Tio berdatangan ancaman dari orang-orang yang mengaku sebagai petugas Bea Cukai. Mereka bilang mereka keberatan dengan pernyataan Tio. Tidak gentar dengan gertakan itu, Tio membagikan tangkapan layar instagram yang memperlihatkan ancaman itu melalui akun @PartaiSocmed.

Bukan sekedar ancaman, ternyata para pegawai tersebut beramai-ramai mendatangi rumah Tio. Foto mereka berkumpul di depan rumah Tio juga menyebar melalui media sosial. Jadi bukan saja kerja mereka tidak professional ya, gayanya pun seperti preman. Kemenkeu nampaknya memang harus kerja keras hari-hari ini. Bahkan Menkeu Bu Sri Mulyani pun terpaksa turun tangan.

Dia mengaku langsung kena sentil Presiden Jokowi. Bu Sri bilang, Presiden minta agar ada perbaikan layanan dan sikap para petugas Bea Cukai. Bu Sri juga minta agar petugas pajak jangan suka membongkar dan mengaduk-aduk koper penumpang kalau tidak perlu. Petugas bea cukai harus sadar. Dunia itu udah berubah.

Cuma bermodalkan kamera, para netizen sudah bisa menjadi seperti wartawan yang mengabarkan ketidakberesan pada masyarakat luas. Jadi, hati-hati ya.