Jakarta, CSW – Dibebaskannya Saipul Jamil menimbulkan kehebohan. Banyak pihak yang mengkritik bahwa sambutan terhadap kebebasan Saipul itu berlebihan.
Ia dielu-elukan seperti pahlawan yang baru pulang dari peperangan. Padahal, ia adalah mantan narapidana pencabulan pada anak. Tapi pihak yang menganggap penyambutan terhadap Saipul itu normal-normal saja, mereka memandang para pengkritik tidak adil.
Kata mereka, bukankah ketika Ariel Noah dibebaskan, masyarakat juga menyambutnya dengan gembira? Bukankah Ariel juga dipenjara karena kecabulan?
Kami menganggap kedua kasus ini berbeda. Untuk itu, kita lihat dulu perkaranya, satu per satu.
Saipul mendekam di penjara selama 5 tahun 7 bulan karena dua perkara: kasus pencabulan dan kasus suap.
Seharusnya Saipul Jamil menjalani 8 tahun penjara dan baru bebas pada 2024. Vonis terhadap pencabulan adalah 5 tahun, dan vonis untuk penyuapan adalah 3 tahun. Namun dia memperoleh remisi sampai 30 bulan karena dinilai berkelakuan baik.
Saipul pada 2016 ditangkap pertama-tama karena kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur bernama DS, pelajar kelas 3 SMA berusia 17 tahun.
Selain DS, belakangan ada korban berinisial AW dan DK yang juga melaporkan telah dilecehkan oleh Saipul.
Kasus kedua adalah Saipul memberikan suap pada panitera Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Saipul terbukti menyuap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Rohadi sebesar Rp250 juta untuk mempengaruhi putusan hakim dalam perkara pencabulan.
Untuk dua kejahatan itulah ia harus berada di penjara lima tahun.
Yang menarik, media massa seperti menggelorakan pembebasan Saipul. Pembebasan Saipul itu sendiri diberitakan secara langsung.
Bahkan Saipul dijemput dengan menggunakan mobil sport berwarna merah, dan Saipul diminta berdiri di mobil tanpa kap itu dengan gaya pemenang.
Banyak media online yang menyorotinya dengan mengangkat sisi humanis seorang Saipul.
Kompas menulis artikel dengan judul, “Bebas dari Penjara, Saipul Jamil Ingin Langsung Makan Ketoprak”.
Liputan 6 menulis berita dengan judul, “Bebas dari Penjara, Saipul Jamil: Sampai Detik Ini Saya Masih Bisa Hidup, Ada yang Pulang Tinggal Nama Doang”.
Salah seorang selebritis yang dikenal dekat dengan Saipul, Indah Sari, banyak dikutip di media dan menceritakan sisi positif Saipul.
Di Tribunnews, Indah Sari bercerita bahwa dengan dibebaskannya Saipul, banyak penghuni penjara kehilangan sosok guru.
Indah mengatakan, Saipul adalah sosok yang agamis bahkan dianggap guru oleh para petugas dan tahanan yang lain saat berada di Lapas Cipinang, Jakarta Timur.
Tapi yang paling banyak disorot adalah Trans TV.
Satu hari setelah kebebasannya, Saipul sudah diwawancara eksklusif oleh Trans TV dalam acara Kopi Viral. Judulnya: “Masyaallah, Ini Kisah Pilu Saipul Jamil Selama di Penjara” pada 3 September 2021.
Dalam acara tersebut bukan saja Saipul yang muncul, namun juga Indah Sari, dan bahkan Ustaz Maulana.
Di TikTok Saipul, dia juga tampil dengan seorang perempuan yang beroyang-goyang. Dengan nada melecehkan perempuan itu mengatakan: “Kalau bahagia, jangan lupa diumbar. Biar yang iri makin terbakar. Iri, bilang bos.”
Ini semua menimbulkan reaksi balik. Sebagian media berbalik menyerang pemberitaan berlebihan terhadap Saipul.
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti menyatakan prihatin karena pembebasan Saipul dirayakan seperti pahlawan. Padahal, Saipul adalah pelaku kekerasan seksual pada anak.
Banyak ahli juga mengingatkan bahwa media yang merayakan kebebasan Saipul seperti tak peduli dengan korban-korban perkosaaan yang mengalami trauma kejiwaan akibat kekerasan yang dialaminya.
Kemudian, komedian Ernest Prakasa menulis cuitan di tweet menyindir Trans TV yang memberi karpet mewah bagi Saipul.
Tulis Ernest: “Bau busuk apa yang menyengat ini?”
“Oh, ternyata bau bangkai dari matinya nurani stasiun TV yang memperlakukan mantan napi pelecehan seksual bagaikan pahlawan.”
Sebuah petisi mengenai Saipul juga diunggah di laman change.org, pada Jumat 3 September 2021. Dalam petisi dinyatakan bahwa kemunculan Saipul di TV itu merupakan ancaman bagi kepekaan sosial terhadap korban kekerasan seksual.
Hanya dalam dua hari, petisi tersebut telah tembus 300,000 tanda tangan.
Kembali lagi ke awal, apakah kritik ini berlebihan? Dan apa bedanya dengan penyambutan terhadap Ariel Noah dulu?
Jawabannya sederhana. Saipul memang layak disebut sebagai penjahat kelamin. Dia memperkosa korban anak-anak. Bahkan mungkin korbannya lebih dari satu.
Dia juga menyuap. Saipul memang sudah menjalani hukumannya, tapi dia sama sekali tidak pantas dirayakan kebebasannya.
Ini berbeda dengan Ariel. Secara hukum, Ariel sebenarnya tidak pantas dipenjara. Ariel ditangkap karena rekaman videonya berhubungan dengan dua perempuan yang bukan istrinya tersebar luas.
Dan rekaman itu dilakukan bukan dengan tujuan untuk dipertontonkan kepada publik. Dalam hukum Indonesia, itu bukanlah kejahatan.
Hubungan dia dengan Cut Tari dan Luna Maya dilakukan tanpa paksaan. Satu-satunya hal yang saat itu bisa menjerat Ariel secara hukum adalah kalau suami Cut Tari melaporkan istrinya dan Ariel ke polisi atas tuduhan perzinahan.
Tapi itu tidak dilakukan oleh suami Cut Tari. Karena itu, Ariel, Luna, dan Tari tidak bisa dipenjarakan.
Yang bersalah secara hukum adalah si penyebar video, namun orang tersebut sudah juga dipenjara. Hakim akhirnya memutuskan Ariel untuk masuk penjara nampaknya dikarenakan tekanan publik.
Hakim menyatakan Ariel lalai menyimpan video rekaman hubungan itu sehingga bisa disaksikan publik. Jadi, dipenjaranya Ariel di mata banyak pihak dipandang sebagai keputusan yang tidak adil.
Dalam konteks itulah, dibebaskannya Ariel setelah lebih dari tiga tahun di penjara disambut gembira oleh penggemarnya, media, dan bahkan masyarakat.
Ini berbeda sekali dengan Saipul. Dia memperkosa, korbannya anak di bawah umur, mungkin lebih dari satu, dan dia menyuap panitera.
Perkosaan, apalagi terhadap anak, harus diperangi. Karena itu kembalinya Saipul memang tidak layak dirayakan.