Abu Bakar Ba’asyir Cuma Pura-Pura Menerima Pancasila Dan NKRI

336

Jakarta, CSW – Terpidana terorisme, Abu Bakar Ba’asyir, ternyata cuma pura-pura menerima Pancasila. Dia juga tidak serius mendukung NKRI. Yang tegas didukung dan diperjuangkannya adalah negara Khilafah.

Hal itu terungkap dalam video terakhir yang beredar di media sosial. Video itu berisi ucapan dan pidato Baasyir di depan publik, 20 Agustus lalu. Dengan demikian, Abu Bakar Baasyir bukan cuma membohongi pemerintah.

Tetapi dia juga membohongi umat Islam Indonesia. Padahal awalnya, Ba’asyir seolah-olah sudah insyaf dan tobat dari mendukung terorisme. Pada 1 Agustus 2022, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh video ucapan Ba’asyir.

Sebetulnya Ba’asyir mengucapkan itu sejak tiga bulan sebelumnya. Tetapi ucapan itu baru diunggah ke Facebook pada 1 Agustus. Di video itu, dia bilang ia sudah menerima Pancasila. Padahal, sebelumnya Baasyir menolak keras Pancasila.

Ba’asyir menolak menandatangani surat pernyataan setia pada NKRI dan Pancasila pada 2019 lalu. Ba’asyir dibebaskan dari penjara bukan karena ia sudah insyaf. Tetapi semata karena pertimbangan kemanusiaan.

Dia dianggap sudah sepuh dan sakit-sakitan. Namun kemudian, secara tak terduga, ia berubah sikap. Katanya waktu itu, dia pada akhirnya memahami dan menerima Pancasila. Negara yang berdasarkan Pancasila itu diterima para ulama, karena dasarnya adalah tauhid.

Tauhid itu tercakup dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini adalah pengertian saya yang terakhir, ujar Ba’asyir waktu itu. Dulu, saya menganggap Pancasila itu syirik, tambahnya. Disusul kejadian pada 17 Agustus 2022.

Saat itu Pesantren Al-Mukmin milik Baasyir membuat sejarah baru. Untuk pertama kali sejak berdirinya, pesantren di Ngruki itu merayakan Proklamasi Kemerdekaan RI. Di pondok pesantren diadakan upacara yang dihadiri oleh para santri.

Juga dilakukan pengibaran bendera merah putih. Namun ketika bendera merah putih dikerek naik, Baasyir tidak memberi hormat. Dia cuma duduk saja di kursi secara pasif. Kemudian pada 20 Agustus 2022, ada lagi ulah Baasyir.

Waktu itu diadakan acara Reuni Akbar Pondok Pesantren Al-Mukmin. Di depan para alumni dan masyarakat yang hadir, Baasyir memprovokasi massa. Dengan lantang dia mengatakan, Indonesia adalah negara toghut.

Dia mengajak masyarakat untuk menegakkan Khilafah mati-matian. Menurut Baasyir, toghut artinya semua yang melampaui batas. Yakni, semua yang menolak hukum Islam. Semua pemerintah, yang tidak menggunakan hukum Islam, adalah toghut.

Jadi, kata Baasyir, termasuk pemerintah Indonesia ini adalah toghut. Ba’asyir berkata, ia berharap di antara hadirin ada yang pegawai negeri. Hal ini supaya mereka betul-betul mengerti. Kata Ba’asyir, tidak ada gunanya, jika tidak mengubah Indonesia menjadi negara yang diatur hukum Islam.

Meskipun mati semua, tidak apa-apa, tegas Ba’asyir. Provokasi Ba’asyir ini sungguh ekstrem dan mengerikan. Dia bilang, pemerintah yang melarang hukum Islam itu penjajah. Katanya, sejak zaman Presiden Sukarno, hukum tauhid dibuang.

Tetapi hukum syirik ditegakkan, yaitu demokrasi. Demokrasi itu syirik besar buatan orang kafir. Baasyir bahkan terang-terangan mengatakan bahwa dirinya teroris. Betul, saya teroris, tegas Baasyir.

Baasyir mengajak semua alumni Al-Mukmin untuk berjuang mati-matian untuk menegakkan Islam. Tujuannya, agar bisa mengamalkan Islam secara berjamaah dalam bentuk Daulah dan Khilafah.

Jadi, inilah Islam yang sebenarnya menurut versi Ba’asyir. Baasyir menginstruksikan para alumni, untuk menjelaskan hal ini pada masyarakat. Kalau perlu jelaskan juga kepada polisi, katanya.

Baasyir mengingatkan, Islam harus berkuasa, bukan dikuasai. Negara Indonesia ini harus diatur dengan Islam. Dan itu harga mati, tegas Ba’asyir. Berubah-ubahnya sikap Baasyir dalam waktu beberapa bulan ini membingungkan.

Bisa jadi selama ini dia cuma berpura-pura. Entah, target apa yang mau ia capai dengan kepura-puraan itu. Tetapi bisa juga karena pribadinya sudah tidak stabil. Bagaimanapun, kita cuma bisa menduga-duga.

Terlepas dari itu, kasus Baasyir ini merupakan tantangan bagi program deradikalisasi. Program untuk para napi teroris ini dijalankan oleh BNPT. Untuk teroris kelas bawah, mungkin itu bisa dilakukan. Namun untuk para ideolog sekelas Baasyir, tampaknya sulit membuat mereka berubah. Ayo kita perkuat perlawanan terhadap radikalisme dan terorisme.