Jakarta, CSW – Sebenarnya di Indonesia nih banyak ulama atau pemuka agama yang berpikiran lurus. Sayangnya, mereka sering kalah keras suaranya dari para pemuka agama yang intoleran dan radikal.
Salah satu kelompok ulama yang kurang terkenal tapi bersuara jernih adalah ADDAI. ADDAI adalah singkatan dari Asosiasi Dai-Daiyah Indonesia (ADDI). Organisasi ini menghimpun para dai dari berbagai ormas dan profesi yang berpikiran moderat.
Sebagian besar anggota ADDAI adalah dai-dai yang berprofesi sebagai dosen dan guru, serta juga praktisi dakwah dari bermacam latar belakang. Beberapa hari yang lalu mereka mengeluarkan bantahan terhadap cara pandang kelompok radikal yang bilang bencana alam di Indonesia terjadi akibat pemerintah tidak menerapkan sistem khilafah.
Ketua Umum ADDAI Dr Moch Syarif Hidayatullah bilang di Indonesia, musibah atau bencana ‘dimainkan’ kelompok radikal dengan mengklaim bencana itu akibat tidak diterapkannya sistem khilafah.
Hidayatullah memang tidak spesifik merujuk pada gempa Cianjur yang sudah menewaskan lebih dari 300 nyawa. Tapi setelah gempa di daerah tersebut pada 21 November, memang banyak beredar di media sosial pernyataan yang mengatakan musibah itu terjadi sebagai azab Allah.
Ada yang mengaitkannya dengan tidak diterapkannya sistem khalifah di Indonesia. Ada juga yang mengkaitkan dengan tuduhan adanya Kristenisasi di Cianjur. Ada pula yang menyatakan azab itu diturunkan Allah karena di Cianjur sekarang banyak ditemukan pasangan gay.
Cara berpikir seperti itu berusaha diluruskan oleh ADDAI. Menurutnya, dalam kitab suci, memang ada kisah-kisah yang menunjukkan Allah menurunkan azab pada sebuah bangsa yang menolak perintah-Nya.
Tapi tidak bisa dibilang, semua bencana alam adalah azab. Bisa saja Allah hanya menurunkan musibah sebagai cobaan. Yang mana yang musibah dan yang mana yang azab hanya bisa dijelaskan oleh seorang Nabi.
Di masa sekarang kan nggak ada nabi. Jadi nggak bisa begitu saja diklaim sebuah bencana alam itu terjadi karena azab. Apalagi kalau dikatakan bencana alam itu terjadi karena tidak menjalankan khalifah.
“Persepsi semacam itu ngawur”, kata Hidayatullah. Menurutnya, pernyataan yang menyebut bencana alam terjadi karena azab sangat tidak berempati terhadap korban. Ia menegaskan gempa bumi susah diprediksi dan merupakan faktor alam.
Indonesia juga berada di kawasan rawan gempa akibat lempengan-lempengan bumi yang sering bergeser. Hidayatullah sendiri bukan orang main-main. Ia adalah Wakil Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karena itu dia bicara dengan landasan pengetahuan yang dalam. Soal khilafah misalnya, ia mengatakan ulama di dunia sepakat bahwa pemerintahan yang menggantikan pemerintahan nabi tidak harus dalam bentuk khilafah.
Menurutnya, segala bentuk pemerintahan bisa diterima selama sistem itu bisa membawa kesejehteraan bagi masyarakat. Apa yang dilakukan ADDAI ini sangat penting buat Indonesia.
Selama ini memang seringkali menyebar ajaran-ajaran terkesan memanipulasi agama. Sebagai contoh soal khalifah, atau kristenisasi, atau homoseksual yang dianggap sebagai penyebab bencana alam.
Secara ilmiah, mengaitkan bencana alam dengan hal-hal seperti itu sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan. Namun kalau yang bicara hanyalah para ilmuwan modern yang rasional, pandangan mereka bisa ditolak karena mereka dianggap tidak paham agama.
Jadi kalau sekarang yang bicara begitu adalah para pendakwah, pandangannya mudah-mudahan bisa lebih diterima oleh umat Islam. ADDAI sendiri baru beberapa tahun berdiri. Kalau kita lihat websitenya, ADDAI memang terlihat menyuarakan dakwah yang menyejukkan, yang rasional, dan mendukung toleransi.
Misalnya saja, dalam addai.or.id, mereka memuat tulisan berjudul “Bagaimana seharusnya menjadi muslim Indonesia”. Dalam tulisannya, mereka menghimbau umat Islam agar jangan pernah merasa benar sendiri dan tak mau menerima versi kebenaran dari kelompok lain.
Mereka meminta umat Islam jangan gampang sekali menyalah-nyalahkan yang lain. Mereka menegaskan toleransi sangat penting. Dan toleransi bukan saja memahami perbedaan dengan kelompok non-Islam, tapi juga kepada sesama kelompok dalam Islam.
Menurut ADDAI, kelompok yang tidak toleran ini mungkin sekali mereka memonopoli surga hanya untuk kelompoknya sendiri. Organisasi semacam ADDAI ini memang sangat dibutuhkan di Indonesia.
Para anggota majelis Syuro dan pimpinannya diisi oleh tokoh-tokoh yang memiliki gelar doctor. Mereka juga melakukan pelatihan dan memberikan sertifikasi bagi pendakwah di Indonesia.
Sudah ada lebih dari 150 dai yang memperoleh sertifikat dari dua kali angkatan sertifikasi. Pada kegiatan Sertifikasi Dai, seorang dai diuji kemampuan ilmu agama, kemampuan dalam berdakwah, dan wawasan kebangsaannya.
Kalau saja ADDAI bisa terus mengembangkan sayapnya, rasanya kita bisa optimis dengan masa depan Indonesia. Suara ADDAI harus terus digaungkan ke seluruh Indonesia. Kita dukung terus ADDAI dengan kerja-kerja positifnya.