Apa Bisa Erick Thohir Pimpin Sepakbola Indonesia?

300

Jakarta, CSW – Terplihnya Pak Erick Thohir sebagai boss PSSI tidak mengejutkan. Dia menang telak atas pesaing terdekatnya Pak La Nyalla, dengan perbandingan suara 62 lawan 22. Kami dari CSW mengucapkan selamat kepada Pak Erick.

Tapi sejak awal saya rasa Pak Erick pun sadar, harapan terhadapnya dan tantangan yang dia hadapi luar biasa berat. Sepakbola adalah olahraga paling populer di Indonesia. Kalau dia berhasil memimpin PSSI dengan gemilang, namanya pasti berkibar.

Tapi dia juga tahu, persoalan-persoalan sepakbola kita tuh nggak sederhana. Baru saja dia terpilih, sudah terjadi insiden kekerasan di Semarang. Di sana terjadi bentrok antara supporter PSIS Semarang dengan polisi.

Suporter PSIS yang dilarang nonton pertandingan melawan Persis Solo melempari petugas dengan batu. Ini dibalas dengan tembakan gas air mata oleh polisi. Syukurlah, nggak ada korban jiwa jatuh dalam insiden itu.

Pertandingan Persis melawan PSIS itu diadakan tanpa penonton karena pengalaman buruk sebelumnya. Tahun lalu juga terjadi bentrok antara supporter kedua tim. Sekarang untuk menghindari hal serupa, diputuskan pertandingan dilakukan tanpa penonton.

Suporter PSIS tidak terima. Ribuan supporter di bawah guyuran hujan terus mendesak masuk ke dalam stadion. Inilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya bentrokan antara supporter dengan polisi.

Apa yang terjadi di Semarang ini bukan hal yang asing lagi dalam sepakbola Indonesia. Ini terus berulang di berbagai kota, dan sudah menewaskan banyak orang. Di beberapa kota, bila ada pertandingan Liga 1, aparat keamanan terpaksa berjaga-jaga ekstra ketat.

Dan sampai sekarang belum ada tindakan yang nyata untuk mengatasinya. Dalam tragedy Kanjuruhan tahun lalu bahkan PSSI turut dinyatakan bersalah. Indonesia hampir mendapat sanksi dari FIFA.

Untunglah karena lobby-lobby banyak pihak, termasuk Presiden Jokowi, sanksi tidak jadi dijatuhkan. Sekarang, beban melahirkan budaya supporter beradab ini ada di tangan Ketua Umum PSSI yang baru.

Tapi urusan supporter itu baru satu hal. Belum lagi tantangan-tangan lain. Yang paling sering disebut-sebut adalah mafia sepakbola. Ini juga perkara yang sangat besar. Kabarnya pertandingan-pertandingan di berbagai liga Indonesia, menjadi incaran pejudi bola di berbagai negara Asia.

Selama para mafia sepakbola ini masih merajalela, sepakbola Indonesia akan terus terbelakang. Padahal sekarang sepakbola adalah sebuah bisnis olahraga yang luar biasa. Masyarakat punya harapan bahwa sepakbola Indonesia akan bisa mengejar kemajuan negara-negara lain yang semula juga dianggap sebelah mata di dunia.

Di Piala Dunia tahun lalu ada kejutan yang dilakukan negara-negara Asia dan Afrika, termasuk Maroko yang bisa masuk ke 4 besar. Tahun ini pun Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia usia di bawah 20 tahun.

Seluruh penggemar sepakbola Indonesia akan mengarahkan mata ke turnamen itu. Kesuksesan Piala Dunia akan sangat bergantung pada PSSI. PSSI memang punya posisi yang penting di Indonesia. PSSI adalah sebuah organisasi kemasyarakatan.

Bukan di bawah pemerintah. Bahkan induk organisasi sepakbola dunia FIFA, akan memberi sanksi bila diketahui PSSI diintervensi oleh pemerintah. PSSI seharusnya diatur oleh masyarakat sepakbola sendiri.

Dan PSSI harus mengatur sepakbola yang memiliki nilai strategis yang tinggi. Sepakbola bukan lagi sekadar olahraga. Sepakbola punya nilai ekonomi, politik, budaya yang penting. Contohnya saja nih, di Qatar yang mengucurkan dana setara dengan 3,13 kuadriliun rupiah untuk Piala Dunia.

Bukan lagi Cuma triliun, tapi kuadriliun. Apa manfaatnya buat Qatar? Jelas bukan Cuma untuk kepentingan ekonomi mereka. Kesuksesan Piala Dunia bukan hanya akan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, traveling, pembangunan infrastruktur dan seterusnya.

Tapi ini juga akan menaikkan image Qatar di dunia politik internasional. Nama Qatar juga akan harum dalam hal budaya. Untuk mempromosikan Islam ala Qatar, panitia itu sampai mengumandangkan ayat Al Quran di saat pembukaan Piala Dunia.

Jadi sepakbola ini bukan cuma soal menyehatkan tubuh. Tapi, Sepakbola juga membawa manfaat secara ekonomi, politik, dan budaya. Anda pasti tahu dong kasus Christiano Ronaldo, megabintang sepakbola asal Portugal.

Setelah bintangnya mulai meredup dan dia mulai tidak lagi diterima di klub-klub Eropa, dia pindah ke Saudi. Kabarnya dia gabung dengan klus Al Nasr dan dia menjadi pemain dengan gaji termahal di dunia sepakbola.

Dia dibeli dengan biaya transfer Rp 3 triliun. Rasanya sih dia ditarik ke sana bukan karena kualitas permainannya. Tapi kemunculan Ronaldo di sana menaikkan reputasi sepakbola Saudi.

Harapannya tentu saja dia akan menggerakkan roda bisnis sepakbola yang bisa menjadi andalan masa depan Saudi. Indonesia juga bisa menjadi raksasa sepakbola. Tapi untuk menaikkan kualitas sepakbola nggak bisa hanya dengan melakukan naturalisasi pemain-pemain asing ke Indonesia.

Sepakbola perlu perombakan total. PSSI sudah mengundang pelatih kaliber internasional seperti Shin Tae Yong. Dia menerapkan sistem pelatihan yang memaksa pemain kerja keras dan berdisiplin.

Dia bahkan tidak mau diganggu saat melatih, termasuk gangguan dari para petinggi PSSI. Dan hasilnya sudah terlihat nyata. Sepakbola Indonesia sekarang kembali disegani, paling tidak di Asia Tenggara. Tapi perjalanan masih jauh.

Sekarang Pak Erick Thohir harus menjadi nakhoda untuk menjadikan sepakbola Indonesia mencapai kejayaannya. Kita harapkan Pak Erick sukses. Saya, Rizka Putri, undur diri.