Jakarta, CSW – Kalau saya menyebut nama Taliban, apa sih yang melintas di pikiran Anda Kemungkinan besar Taliban di Afghanistan. Mungkin Anda akan membayangkan pasukan kaum radikal yang selama berpuluh tahun berperang dan sekarang sudah kembali menguasai Afghanistan.
Mereka menindas Hak Asasi Manusia, terutama hak-hak perempuan untuk bersekolah, bekerja atau muncul di ruang publik. Ringkasnya, Taliban itu menakutkan. Di Indonesia ternyata juga ada organisasi yang menyebut dirinya Taliban.
Mereka itu berada di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Nama Taliban ini muncul kembali sekitar seminggu sebelum Natal. Pada 18 desember kemarin diberitakan, puluhan orang yang tergabung dalam Laskar Taliban melakukan sweeping di kota itu.
Mereka menyisir tempat hiburan malam, café-café dan tempat jamu yang diduga jualan minuman keras. Begitu mereka menemukan minuman beralkohol, minuman itu langsung mereka sita.
Mereka juga menuntut tempat-tempat hiburan untuk tutup pukul 11 malam. Aparat keamanan tidak menstop aktivitas mereka. Memang dikabarkan mereka tidak membawa senjata.
Tapi karena mereka datang beramai-ramai, ya tentu saja para pengelola tempat hiburan itu ciut nyalinya. Jadi apakah mereka sama dengan Taliban Afghanistan? Tentu saja tidak. Mereka bukanlah pasukan bersenjata yang menghalalkan darah musuh-musuh mereka.
Mereka tidak menteror, mengebom, atau melakukan serangan fisik. Tapi kita juga tidak bisa bilang tidak ada kesamaannya sama sekali. Laskar Taliban ini bukan organisasi yang baru lahir. Selama ini mereka lebih dikenal dengan nama Brigade Tholiban.
Taliban Tasikmalaya ini lahir di awal masa reformasi, sekitar tahun 1998an. Mirip dengan Taliban Afghanistan, mereka bercita-cita mendirikan sebuah negara yang diatur oleh hukum Islam dan dipimpin oleh sekelompok Islam.
Salah satu agenda perjuangan mereka untuk semantara adalah menjadikan Tasikmalaya diatur oleh Syariat islam. Dengan kekuatan massanya mereka terus mendesak pemerintah dan DPRD untuk memenuhi aspirasi mereka.
Sejauh ini, mereka sudah berhasil menekan pemerintah Daerah, melahirkan Perda tentang Pembangunan Tata Nilai Kehidupan Bermasyarakat Yang Berlandaskan Ajaran Islam dan Norma-Norma Sosial Masyarakat.
Perda itu sudah diluncurkan pada 2009, 13 tahun yang lalu. Seperti terlihat dari namanya, Perda itu bertujuan mewujudkan suatu masyarakat yang didasarkan pada sendi-sendi ajaran agama Islam.
Yang exist di Tasikmalaya bukan cuma Brigade Tholiban. Sebelum dibubarkan, FPI juga cukup berpengaruh di sana. Selain itu ada juga Gerakan Peduli Umat, Koalisi Aksi Masyarakat Peduli Ummat, Forum Pataruman, dan ada juga Gabungan Anak Jalanan alias Gaza.
Maraknya organisasi sejenis, bisa dipahami bila melihat ke latar belakang sejarah gerakan organisasi Islam di Priangan Timur. Sejak 1948, daerah ini menjadi pusat perkembangan gerakan politik yang melahirkan ide Negara Islam Indonesia.
Gerakan NII ini sudah dibubarkan di masa pemerintahan Presiden Soekarno. Di masa Orde Baru, mereka juga dilarang berkembang. Tapi benih-benih NII terus bertahan.
Karena itu ketika masa reformasi dimulai, mereka lahir kembali dalam beragam bentuk yang baru. Salah satunya brigade atau laskar Tholiban. Mereka tidak mengikuti gaya NII yang memperjuangkan lahirnya sebuah negara Islam melalui cara revolusi bersenjata.
Laskar Tholiban berjuang melalui wilayah sosial, budaya, dan politik. Hal pertama yang mereka lakukan adalah dakwah. Mereka menyebarkan pandangan bahwa umat Islam harus tunduk pada aturan Tuhan dalam sebuah masyarakat Islam.
Dalam pandangan mereka, masyarakat harus taat pada Islam, baru pada ideology lain seperti Pancasila. Mereka tidak mengajarkan umat Islam untuk memberontak. Tapi umat Islam harus tunduk pada syariat islam.
Ini yang diajarkan secara halus. Ajaran ini sudah ditanamkan sejak anak-anak dan remaja. Umat Islam diajarkan untuk tidak membiarkan adanya perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kalau negara membiarkan perilaku semacam itu terjadi, Laskar Thaliban akan turun tangan. Karena itulah mereka rajin melakukan sweeping terhadap tempat hiburan malam, alkohol, perjudian, tempat yang diduga menjadi lokalisasi prostitusi, LGBT, dan sebagainya.
Mereka percaya, untuk mengubah situasi masyarakat, tidak bisa hanya sekadar ceramah. Mereka harus bertindak, kalau perlu tidak sesuai dengan hukum. Begitu juga mereka percaya dengan jalur politik.
Mereka berusaha mendorong partai-partai politik untuk menampung aspirasi mereka. Dalam pileg, mereka hanya akan memilih calon yang sejalan dengan kepentingan mereka. Mereka juga menekan kepala daerah untuk melahirkan peraturan-peraturan yang sejalan dengan Syariah.
Jadi mereka melakukan bargaining, atau tawar-menawar. Mereka berjanji akan memberikan dukungan dan berkampanye untuk partai atau calon walikota atau bupati tertentu.
Tapi pimpinan daerah itu nantinya harus mau melahirkan kebijakan dan peraturan yang berbau syariah. Di sisi lain, mereka tidak dengan sendirinya menyerang non-muslim. Dalam kacamata mereka, non-muslim tidak akan diserang kalau tidak menyerang muslim.
Hanya saja, mereka juga tidak akan membiarkan umat non-Islam untuk terus berkembang. Satu hal lain yang penting dicatat, organisasi seperti laskar Thaliban ini percaya perjuangan menegakkan negara Islam ini butuh waktu yang panjang.
Mereka berjuang secara bertahap. Dimulai dengan dakwah persuasif. Kemudian diikuti dengan aksi-aksi membersihkan masyarakat dari kemunkaran. Dilanjutkan dengan mendorong lahirnya perda-perda syariah.
Lalu berusaha menguasai eksekutif dan legislatif. Diakhiri dengan menegakkan hukum Islam dalam negara Islam. Jadi apakah Taliban Tasikmalaya bisa disamakan dengan Taliban Afghanistan?
Saat ini Taliban Tasikmalaya memang tidak menggunakan kekuatan bersenjata. Namun mereka tetap akan memperjuangkan cita-cita Negara Islam. Sekarang tergantung Anda, apa bersedia hidup dalam negara agama atau tidak?