Jakarta, CSW – Ada kabar menarik nih dari kota Jambi. Seorang murid SMP namanya Syarifah Fadiyah Alkaff. Dia dengan berani dia mengecam pemerintah Jambi yang membiarkan kerusakan berat jalanan rumah warga.
Dia menggunakan tiktoknya untuk mengkritik dan ternyataa viral. Sampai-sampai Menteri Polhukam Mahfud MD pun bersuara. Hm lagi-lagi ya kekuatan sosial media nggak ada dua. Di laporan bbc.com ngejelasin gimana Fadiyah bisa menjadi teladan tentang warga yang sadar akan hak-haknya.
Emang berani sih Fadiyah ini. 1 Mei kemarin, dia membuat video dengan judul ‘Wali Kota Jambi Menyengsarakan Seorang Veteran’. Di video pendeknya, dia menjelaskan penderitaan neneknya, Hafsah, umur 93 tahun yang tinggal sama suaminya di pinggir jalan lorong warga di Kelurahan Payo Selincah, Kecamatan Jambi Timur sejak 1960.
Suami nenek Hafsah adalah seorang veteran yang sekarang hidup di bawah perawatan nenek Hafsah. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, truk-truk dari perusahaan PT Rimba Palma Sejahtera Lestari mulai berlalu lalang di depan rumah warga.
Menurut Fadiyah, inilah yang mengakibatkan kerusakan yang luar biasa. Dinding rumah nenek Hafsah retak dan lantai semen hancur di beberapa sudut. Sumurnya pun sekarang rusak.
Selama ini keluarga Hafsah terus menerus memperbaiki rumah mereka dengan biaya sendiri, tapi hasil perbaikannya nggak bertahan lama. Menurut Fadiyah, kerusakan terjadi karena truk yang berseliweran bertonase 20 ton atau lebih.
Padahal menurut Perda, truk yang boleh lewat di jalan warga itu hanya berbobot maksimal lima ton. Karena itulah Fadiyah mengecam kebijakan Wali Kota Jambi Syarif Fasha. Dia mempertanyakan kok bisa sih truk dengan berat 20 ton melewati jalan yang seharusnya hanya dilewati kendaraan 5 ton.
“Apakah ini tidak ada suap?” kata Fadiyah. Dia juga dengan kritis mempersoalkan perusahaan pemilik truk yang lalu lalang itu. Perusahaan kok membawa kayu, sementara seharusnya adalah perusahaan pembangkit listrik?
Karena itulah Fadiyah menganggap sang Wali Kota, pemkot dan DPRD hanya pencitraan di media sosial. Video Fadiyah itu menyebar viral. Pemkot Jambi langsung nanggepin. Melalui sebuah rilis, Pemkot ngejawab kalo nggak ada masalah dengan PT Rimba Palma Sejahtera Lestari.
Kata Pemkot, perusahaan itu sudah memenuhi ketentuan hukum serta peraturan yang berlaku. Pemkot juga bilang, yang memprotes aktivitas perusahaan itu hanya keluarga Ibu Hafsah, sedangkan warga yang lain nggak menolak.
Keluarga Ibu hafsah pun digambarkan sebenarnya sekadar cari uang. Pemkot mengaku sudah menawarkan bantuan perbaikan rumah, tapi ditolak. Menurut Pemkot, keluarga Ibu Hafsah justru meminta ganti rugi Rp 1,3 Miliar yang nggak bisa dipenuhi perusahaan.
Lucunya, Pemkot sama sekali nggak menyinggung soal beban truk yang dianggap jauh melampaui beban maksimal. Tapi Fadiyah nggak tinggal diam. Dia buat lagi video di tiktok 3 Mei kemarin dengan judul yang lebih berani, “Klarifikasi surat dari Kerajaan Fir’aun Pemkot Jambi’.
Dia membantah pernah ada tawaran bantuan perbaikan rumah sang nenek. Dia juga membantah tuduhan bahwa keluargnya minta uang ganti rugi Rp 1,3 miliar. Angka Rp 1,3 Miliar itu adalah perkiraan kerugian yang diderita sejak 2013 sampai 2022.
Tapi nggak benar kalo keluarganya pernah minta perusahaan membayar kerugian itu. Fadiyah juga bilang kalo yang mengeluh dengan kerusakan akibaf lalu lalangnya truk-truk itu cuma keluarga mereka. Ada banyak keluarga yang merasa dirugikan tapi memilih diam kata Fadiyah.
Fadiyah bahkan menantang pemkot Jambi untuk datang ke rumah neneknya dan melihat langsung apa yang terjadi. “Kalian orang terdidik dan beragama serta bermoral, ayo datang ke rumah nenek saya,” kata Fadiyah.
Ini semua nampaknya membuat pemkot Jambi panik. Tiba-tiba saja seorang comedian sekaligus pegiat media sosial di jambi dengan nama akun instagram @debiceper23 nyerang Fadiyah dengan jahat.
Dia bilang, “Pekerjaan apa yang gajinya sehari menghasilkan uang Rp 1,3 miliar selain ngangkang?”. Nggak terima dong Fadiyah sama penghinaan itu, akhirnya si penghina di laporin ke polisi.
Tapi serangan ke Fadiyah belum berhenti. Di awal Juni, pemkot Jambi nglaporin Fadiyah ke polisi atas dasar tuduhan mencemarkan nama baik dan penyebaran kebencian. Yang diadukan judul konten Fadiyah yang menyebut Pemkot Jambi sebagai Kerajaan Firaun dan pemkot Jambi isinya iblis semua.
Nah begitu berita ini menyebar, dengan segara dukungan masyarakat berdatangan. LBH Pers mengatakan apa yang disampaikan Fardia bukanlah pencemaran nama baik dan kebencian.
Menurut LBH Pers, apa yang dilakukan Fadiyah adalah kritik atau kontrol sosial publik atas jalannya pemerintahan. Bahkan Menkopolhukam Mahfud Md pun turun tangan. Cuitannya di twitternya, Pak Mahfud bilang akan mendampingi dan melindungi Fadiyah supaya diperlakukan sesuai dengan hukum yang berlaku bagi anak.
Fadiyah sendiri sih akhirnya milih jalan damai. 4 Juni kemarin, dia membuat video permintaan maaf. Pemkot pun mencabut laporan polisi di 5 Juni kemarin. Ada tiga alasan pencabutan.
Yang pertama karena Fadiyah sudah minta maaf. Yang kedua, Fadiyah masih duduk di bangku SMP. Dan yang terakhir yang ketiga, karena hati nurani. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Jambi, Muhamad Gempa Awaljon Putra berdalih mereka baru tahu Fadiyah masih duduk di bangku SMP setelah melakukan penyelidikan.
“Kalau tahu dari awal, nggak mungkin kita buang-buang energi untuk ini,” katanya. Apa yang dilakukan Fadiyah nih oke banget sih, dia manfaatin medsosnya untuk kontrol sosial. Dia cuma ngingetin Pemkot Jambi tentang kewajiban mereka ke warga.
Sedangkan yang dilakuin sama Pemkot Jambi sebaliknya, mengancam kebebasan berbicara warga yang justru diperlukan dalam sebuah demokrasi. Yang seharusnya dijawab Pemkot adalah tuduhan bahwa mereka membiarkan truk-truk bermuatan 5 ton di jalan warga yang kapasitas muatnya maksimal hanya dua ton.
Pemkot sih seharusnya lebih memperhatikan nasib warganya daripada mengkriminalisasi warga yang memperjuangkan hak-haknya. Maju terus, Fadiyah!