GERAKAN MAHASISWA CARI PANGGUNG SENDIRI-SENDIRI

1292

Jakarta, CSW – Ada sebuah perkembangan penting tentang gerakan mahasiswa di Indonesia. Mereka terpecah. Mereka tidak bersatu. Bahkan terkesan masing-masing kubu sibuk mencari panggung sendiri-sendiri. Saat ini nama yang sedang naik daun adalah Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh alias BEM SI. BEM SI adalah aliansi yang bertanggungjawab atas aksi unjuk rasa mahasiswa yang cukup menggetarkan di Jakarta pada 11 April ini.

BEM SI semula akan mengadakan aksi geruduk istana negara. Namun kemudian lokasi diubah dari istana merdeka ke gedung DPR/MPR RI. Perubahan ini terjadi nampaknya karena Jokowi secara tegas menyatakan tidak akan ada penundaan pemilu 2024. Karena itu BEM SI mengalihkan lokasi unjuk rasa ke DPR. Mereka bilang, BEM SI menuntut agar DPR tidak melakukan amandemen UUD, yang memungkinkan penambahan masa jabatan Presiden menjadi tiga periode. Tapi walau bernama BEM SELURUH INDONESIA, unjuk rasa itu melibatkan hanya 18 BEM perguruan tinggi.

Di dalamnya pun tidak terdapat nama-nama universitas terkemuka Indonesia, seperti UI, ITB, UNPAD, UGM, Unbraw dll. Di antara nama yang mungkin cukup dikenal dalam BEM SI hanyalah UNJ Jakarta, UNRI Riau, Universitas Andalas Padang, Universitas Diponegoro, UNS Surakarta dan Universitas Soedirman. Koordinator BEM SI adalah Presiden BEM Riau, Kaharudiin.

Anggota lainnya tidak cukup menonjol seperti STIE SEBI, STIEDAMA AGUNG, STIS AL WAFA, IAI Tazkia, dan lain-lain. Aliansi BEM SI pada awalnya memiliki anggota jauh lebih banyak. Mereka sudah terbentuk sejak 2007. Tapi pada 2021, terjadi perpecahan. Itu terjadi saat musyawarah nasional (munas) di Universitas Andalas, Padang, April 2021. Pemicunya adalah keputusan panitia membatasi kuota peserta yang hadir di lokasi munas. Alasannya, untuk menegakkan protokol kesehatan. Masalah ini membuat mayoritas anggota aliansi walkout.

132 keluar dari munas, yang bertahan tinggal 36. Kelompok yang walkout itu mengeluarkan mosi tidak percaya. Mereka kemudian membentuk BEM SI tandingan dengan jargon ‘Kerakyatan’. Jadi BEM SI terpecah dua. BEM SI yang awal menamakan diri ‘Rakyat Bangkit’. Yang tandingan menamakan diri ‘Kerakyatan’. Ada tuduhan perpecahan itu terjadi karena adanya intervensi pemerintah. Tapi tampaknya tuduhan itu berlebihan. BEM SI ‘Rakyat bangkit’ tetap melakukan demonstrasi UU Cipta Kerja plus evaluasi pemerintahan Jokowi tahun 2021.

Di pihak lain, BEM SI ‘Kerakyatan’ juga terus beroperasi. Pada September 2021, mereka menggelar rakernas di Universitas Muahammadiyah Yogyakarta. Dalam rakernas tersebut, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Yudo Margono datang langsung ke UMY memberi ceramah. Tapi yang penting, mereka juga mengundang Anies Baswedan untuk hadir secara virtual. Kedua BEM ini saling mengklaim paling berhak menggunakan nama BEM Seluruh Indonesia Mereka juga sering terlihat berkompetisi menarik perhatian. Salah satu contohnya, sikap mengenai pemecatan pegawai KPK.

Keputusan tersebut diprotes BEM SI Rakyat Bangkit dengan cara menggelar unjuk rasa di Jakarta, menuntut Presiden Jokowi mengangkat pegawai KPK yang dipecat menjadi ASN. Sementara BEM SI Kerakyatan minta pembatalan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) Mereka juga minta pimpinan KPK yang tak berintegritas dipecat. Metode perjuangan mereka juga berbeda. BEM SI Kerakyatan menyatakan mereka memilih tidak turun ke jalan. Mereka memilih metode kajian, analisis ilmiah, dan diskusi.

Selain dua BEM SI itu ada pula aliansi BEM Nusantara, BEM RI dan BEM Nasionalis. Yang namanya sempat muncul menjelang aksi 11 April ini adalah BEM Nusantara. Enam mahasiswa perwakilan BEM Nusantara Jumat lalu bertemu dengan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Wiranto. Seusai pertemuan dengan Wiranto, koordinator BEM Nusantara, mengatakan tidak akan terlibat dalam aksi BEM SI pada 11 April. Mereka menyatakan memilih audiensi untuk menyampaikan aspirasi penolakan perpanjangan masa jabatan presiden.

BEM Nusantara mengklaim mewakili sejumlah BEM regional. Mereka adalah LIMA-JAYA (Lingkar Mahasiswa Jakarta Raya), LIMA-BARA (Lingkar Mahasiswa Bandung Raya), LIMA-MIRA (Lingkar Mahasiswa Minang Raya), LIMA-SUMA (Lingkar Mahasiswa Surabaya dan Madura). Namun rupanya BEM Nusantara pun terpecah. Terdapat dua kubu BEM Nusantara

Ada BEM Nusantara kubu Eko Pratama, dan ada BEM Nusantara kubu Dimas Prayoga. Yang bertemu Wiranto adalah BEM Nusantara kubu Eko Pratama. Pernyataan kubu Eko lantas diprotes. Menurut kubu Dimas, kubu Eko tidak boleh semena-mena menggunakan nama BEM Nusantara. BEM Nusantara sendiri semula dibentuk untuk menampung berbagai BEM dari kampus-kampus yang tak masuk BEM SI, umumnya dari perguruan tinggi swasta.

Perpecahan mereka terjadi usai Temu Nasional ke-12 di Surabaya, awal Maret 2021, hanya sebulan sebelum BEM SI pecah. Perpecahan itulah yang menyebabkan adanya dua kepengurusan: kubu Eko dan kubu Dimas. Satu lagi aliansi BEM yang baru muncul adalah Aliansi Mahasiswa Indonesia alias AMI. Menjelang Aksi 11 April, tiba-tiba saja AMI seperti menyalip di tikungan. Mereka menggelar aksi di Patung Kuda Monas pada hari Minggu, 10 April. Yang nampak menjadi motor adalah BEM Universitas Indonesia.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Bayu Satria mengatakan tidak akan ikut dalam unjuk rasa BEM SI. Menurut Bayu, AMI akan menyelenggarakan symposium rakyat pada 13 April yang akan diikuti aksi massa pada 22 April. Bayu juga menyatakan BEM SI Rakyat Bangkit sebelumnya sudah bergabung dengan AMI. Namun ternyata BEM SI menyerukan pernyataan aksi sendiri yang berbeda dari kesepakatan semula dalam AMI. Selain itu ada pula yang berbasis kota.

Misalnya saja ada Aliansi BEM Se Bogor, yang sudah melakukan aksi lebih dulu, pada Jumat 8 April lalu. Jadi saat ini ada banyak laiansi gerakan mahasiswa. Ada BEM SI ‘Rakyat Bangkit’, ada BEM SI ‘Kerakyatan’, ada BEM Nusantara kubu Eko, ada BEM Nusantara kubu Dimas, ada AMI, dan mungkin akan ada yang lainnya. Dilihat dari kacamata demokrasi, ini tentu oke-oke saja. Tapi dilihat dari manfaatnya bagi perjuangan kepentingan masyarakat, keterpecahan ini kok rasanya tidak sehat. Seolah masing-masing cari panggung sendiri-sendiri. Kita lihat saja perkembangannya. Apa mereka akan menyatu, atau semakin menyebar.