JOKOWI DITUDUH PERNAH PERINTAHKAN BUNUH RAKYATNYA?

240

Jakarta, CSW – Ada professor ilmu politik dari Universitas Indonesia yang sembarangan mengutip pernyataan di media? Namanya Profesor Chusnul Mariyah. Dia secara terbuka dan yakin bilang bahwa Presiden Jokowi pernah memerintahkan bawahannya membunuh rakyatnya. Dia bilang, ucapan Pak Jokowi itu ada rekamannya di Youtube.

Chusnul bicara begitu di program Perempuan Bicara tvOne bertajuk ‘Dianggap Hina Jokowi, Rocky Terancam Masuk Bui?’ yang tayang pada 4 Agustus 2023. Ada empat pembicara Perempuan dalam talkshow itu. Chusnul bilang Rocky Gerung tidak layak diperkarakan hanya karena Rocky bilang Jokowi ‘bajingan tolol’.

Kemudian Chusnul mengatakan, Jokowi tidak berbeda dengan Rocky Gerung. Menurut Chusnul, Jokowi bahkan pernah mengatakan: “Bunuh saja” yang ditujukan pada rakyatnya. “Anda pernah mendengar presiden mengatakan ‘bunuh saja!’ Pernah denger rakyatnya dibegitukan? Pernah?” tanyanya lagi. Dia lantas menjelaskan, “Itu ada dalam salah satu pidato presiden. Buka saja ketika dalam pidatonya presiden bilang, ‘bunuh’, ‘didor saja’, ada itu!”

Pernyataan itu dengan segera direspons para pembicara lainnya. Yang paling keras adalah Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Cheryl Tanzil. Ia langsung mempertanyakan kebenaran pernyataan yang disampaikan Prof Chusnul.

“Sebentar bu, ini jangan jadi hoaks nih, ini bahaya nih,” sanggah Cheryl. Dengan sangat yakin, Chusnul berkeras bahwa Jokowi bilang begitu.
Dia bilang, “Saya pernah mendapatkan videonya di internet, ada kata ‘dor saja’!”
Chusnul menyarankan Sis Cheryl membuka internet.
“Tadi saya bilang, tolong cek di internet. Jadi tolong dicek!” ujarnya dengan nada kesal.
Pernyataan Prof Chusnul kembali disanggah Sis Cheryl Tanzil.

Cheryl dengan tegas bilang, pernyataan Prof Chusnul bisa dianggap fitnah kalau tidak disertai fakta. Dia juga menyindir Chusnul yang sebagai professor sebaiknya mencek dulu kebenaran informasinya sebelum bicara di media nasional.

Menurut Sis Cheryl, kritik itu wajib dalam negara demokrasi. “Tapi ingat,” kata Sis Cheryil, “dalam mengkritik janganlah kita membuat penggalan-penggalan yang bernada fitnah dan jadinya Hoaks.”

Sis Cheryl menasehati Chusnul agar bersikap bijaksana dalam mengeritik. Janganlah mengeritik karena punya niat jahat dan tidak suka kepada suatu pihak tertentu, tambahnya.

Cuplikan adu pendapat Chusnul dan Sis Cheryl itu kemudian menyebar di media sosial.
Banyak pihak menganggap kalau Jokowi pernah melontarkan pernyataan itu, tentu sama sekali tak dapat dibiarkan. Para netizen pun dengan segera mencari tahu di mana dan kapan Jokowi pernah menyatakan kalimat yang terkesan sangat kejam itu.

Ternyata kalimat Jokowi itu memiliki konteks tertentu. Kalimat ‘di dor saja’ itu bukanlah ditujukan untuk rakyat, atau pengunjuk rasa, atau pihak oposisi. Jokowi menggunakan kata-kata itu dalam konteks melawan para pengedar narkoba.

Itu diungkapkannya dalam pidato resmi yang disampaikan dalam peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) Juni 2016, di Pinangsia, Jakarta Barat. Dalam pidato itu, Jokowi nampak memang sangat geram dengan para pengedar Narkoba di Indonesia.

Dengan sedih, dia menyatakan angka prevalensi pengguna narkoba mencapai 5,1 juta orang dan setiap hari ada sekitar 50 warga Indonesia meninggal karena narkoba. Menurut Jokowi. para pengedar narkoba terus bergerak dan menemukan cara-cara baru untuk mengelabui aparat hukum dan keamanan.

Mereka sudah mulai memanfaatkan orang-orang yang tidak dicurigai, seperti anak dan wanita, untuk menjadi kurir narkoba. Ini juga ada modus baru dalam penyelundupan narkoba, seperti dimasukkan ke dalam mainan anak, dalam kaki palsu, dan yang lain-lainnya.

Menurut Jokowi, semua itu harus dihentikan, harus dilawan, dan nggak bisa dibiarkan lagi, dan kita harus menyatakan perang melawan narkoba di Indonesia. Dalam konteks itulah, Jokowi kemudian menyatakan apparat hukum dan keamanan perlu bersikap keras terhadap para pengedar narkoba.

Dengan tegas Jokowi juga berkata, “Saya ingatkan seluruh jajaran kepolisian untuk mengejar, menangkap, menghajar, dan menghantam.” Kemudian Pak Jokowi juga mengatakan kalau saja Undang-Undang memperbolehkan, dia ingin para pengedar narkoba itu ditembak saja. “Dor mereka,” kata Presiden.

Tapi dia menambahkan tindakan menembak begitu saja para pengedar narkoba tidak dimungkinan karena Undang-undang tidak memperbolehkannya.
“Kalau Undang-undang memperbolehkan, akan saya perintahkan langsung ke Kapolri dan Kepala BNN,” kata Jokowi.

Jadi terlihat, ucapan Pak Jokowi ini tidaklah seperti yang diungkapkan Chusnul.
Jokowi tidak menggunakan kata bunuh mereka kepada rakyatnya. Selain itu, kalaupun Jokowi terlihat bersikap tegas dan keras, itu ditujukan untuk para pengedar narkoba.
Apa yang disampaikan Chusnul itu sama sekali nggak pantas.

Dia adalah seoranh professor ilmu politik dari salah satu universitas paling terkemuka di Indonesia. Dia ini juga adalah mantan anggota Komisi Pemilihan Umum. Selama ini dia memang dikenal sangat anti Jokowi. Tapi seharusnya kan dia tetap bersikap adil dan objektif dalam melontarkan pendapatnya, apalagi di media nasional. Untunglah para netizen cukup jeli mencari sumber asal kalimat itu.