Jakarta, CSW – Beberapa hari terakhir ini menyebar isu di twitter tentang dominasi kaum Tarbiyah di beasiswa LPDP. Sebenarnya yang dijadikan rujukan adalah video yang saya buat di aplikasi Helo. Video itu adalah bagian dari produk Pergerakan Indonesia untuk Semua atau PIS yang sekarang sedang saya kembangkan bersama sejumlah kawan dan senior saya Kami memperjuangkan keberagaman dan persaudaraan Indonesia. Pekan lalu saya memang bicara soal LPDP, yang merupakan singkatan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.
LPDP adalah program beasiswa di bawah kementerian Keuangan. Dalam video itu saya memuji pimpinan LPDP saat ini, Pak Dwi Larso. Dia mengatakan penerima LPDP harus memperjuangkan toleransi beragama. Ini adalah pernyataan penting mengingat reputasi LPDP di masa lalu. Untuk waktu yang lama, ada isu miring mengenai LPDP.
Yang paling memprihatinkan adalah bahwa proses rekrutmen penerima beasiswa dilakukan dengan diwarnai bias agama. Ini tidak berarti semua peserta LPDP didanai karena alasan agama. Ada banyak penerima beasiswa LPDP adalah kaum muda pintar dan non-muslim.
Namun beberapa tahun yang lalu sejumlah media terkemuka melaporkan bahwa di kalangan penguji LPDP ada beberapa oknum yang nyata-nyata membawa sentiment agama. Yang dibahas dalam pemberitaan itu sebenarnya sudah sering dibicarakan dalam masyarakat sipil. Yang paling utama dikecam adalah proses rekrutmen penerima beasiswa.
Jadi dalam proses seleksi, para mahasiswa itu harus mengikuti wawancara dengan tim penguji. Dalam proses ujian itulah, banyak mahasiswa yang mengeluh dengan apa yang ditanyakan. Misalnya ada cerita tentang mahasiswi yang pada saat ikut ujian tidak berjilbab. Padahal di ijazah kelulusannya, fotonya menunjukkan dia berjilbab.
Dalam ujian seleksi, si tim penguji malah sibuk bicara soal jilbab yang dilepas itu. Juga sejumah peserta mengaku mereka ditanyai soal kemungkinan menikah dengan orang asing non-muslim, soal kenapa belum menikah, soal orientasi seksual, yang semua dikaitkan dengan nilai-nilai agama. Banyak dari peserta yang mendapat pertanyaan-pertanyaan ajaib itu akhirnya tidak lulus LPDP.
Tapi ya namanya anak-anak pintar, mereka justru lolos di beasiswa dari negara asing. Ada pula pengakuan bahwa di masa sebelum berangkat ke luar negeri, para peserta harus mengikuti semacam pelatihan motivasi. Masalahnya, pelatihan itu diberikan instruktur yang dikenal konservatif. Dan dalam pelatihan itu, sering ayat-ayat suci disampaikan.
Karena itu sejak lama, sudah banyak terdengar keluhan mengenai proses rekrutmen penerima beasiswa LPDP. Dana LPDP itu luar biasa besar loh. Ada dana abadi puluhan Triliun rupiah. Dan setiap tahun, ada dana beasiswa sekitar 2-3 triliun rupiah. Seharusnya digunakan secara objektif.
Yang bisa memperoleh seharusnya hanya mahasiswa terbaik Indonesia. Jadi wajar kalau praktek bias agama menjadi sorotan. Dan ini nampaknya disadari oleh pemerintah. LPDP ini kan merupakan ide Menteri Keuangan kita, Bu Sri Mulyani. Dia memulai program pada 2010, saat menjadi Menteri Keuangan di era Pak SBY. Sejak awal Bu Sri sudah menyatakan kalau Indonesia mau maju harus ada SDM-SDM yang hebat.
Karena itu dia mencanangkan pemberian beasiswa pada kaum muda untuk bersekolah di universitas-universitas terbaik di dunia. Sayangnya, Bu Sri kemudian diberhentikan sebagai Menteri karena konflik politik. Dia pindah ke Bank Dunia. Dia baru ditarik kembali oleh Pak Jokowi untuk menjadi Menteri Keuangan pada 2016.
Sejak saat itulah perlahan terjadi reformasi di LPDP. Di akhir 2017, Bu Sri menyatakan bahwa dia sudah mendengar adanya kabar mengenai rekrutmen LPDP. Karena itulah dia akan melakukan reformasi dan meningkatkan kualitas manajemen dalam hal rekrutmen penerima beasiswa. Sejak saat itulah terjadi pembenahan serius di LPDP. Salah satu yang terpenting adalah dalam seleksi ulang komite penguji. Para penguji yang sudah bertahun-tahun menempati posisi itu dinilai kembali. Sebagian akhrinya, dinilai tidak layak.Itu yang menyebabkan dalam beberapa tahun terakhir ini, kisah-kisah tentang bias agama di LPDP tidak lagi nyaring terdengar.
Dalam konteks itulah saya memuji LPDP saat ini. Pernyataan Ketua LPDP, Pak Dwi Larso, bahwa alumni LPDP harus memperjuangkan toleransi harus sepenuhnya didukung. Sayangnya video saya dan kawan-kawan PIS itu digoreng. Seolah kami menyerang LPDP sebagai lembaga. Seolah kami mengadudomba. Kami tidak mungkinlah bicara tanpa landasan fakta. Kami memuji LPDP, bukan menyerang LPDP.
Yang kami lakukan adalah mengungkapkan kebenaran. Dan yang kami tekankan adalah bahwa LPDP, Kementerian Keuangan, Pemerintah sudah berada di jalan yang benar. Uang rakyat harus digunakan sebaik-baiknya untuk rakyat.LPDP harus untuk semua.