Jakarta, CSW – Ada kasus unik nih yang kejadiannya setelah lebaran. Seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN marah-marah sama Muhammadiyah. Lebih hebatnya lagi, dia mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah. Dan sebenarnya alasan dia marah sederhana. Dia tuh nggak terima Muhammadiyah menetapkan hari lebaran yang berbeda dengan yang sudah ditetapkan Pemerintah.
Aneh kan? Nah, dia itu seorang peneliti dari sebuah lembaga ilmiah nasional. Kok bisa-bisanya dia ngamuk karena perbedaan hari lebaran yang sebenarnya yaa sering terjadi? Si peneliti itu bernama Andi Pangerang Hasanudin dan sudah diadukan ke polisi. Hari Rabu ini dia juga menjalani sidang etik di BRIN. Tapi tetap menarik untuk mempelajari kenapa yaa ini bisa terjadi?
Jadi sebenarnya gini, Andi cuma merespon pernyataan atasannya di BRIN, Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika, Thomas Djamaluddin. Di FBnya, sang professor menanggapi pertanyaan netizen tentang perbedaan penentuan tanggal 1 Syawal. Kita kan tahu tahun ini memang ada perbedaan penetapan 1 Syawal antara Muhammadiyah dan Pemerintah. Muhammadiyah menetapkan tanggal 21 April, sementara pemerintah tanggal 22 April.
Penjelasan Thomas menarik banyak netizen. Ada 500 komentar warganet dipostingan itu. Seperti biasa, isi komentarnya juga macem-macem. Ada yang memuji, berterima kasih, tapi ada juga yang nyerang Thomas. Sebenarnya semua tuh baik-baik saja, sampai akhrinya Thomas menyindir Muhammadiyah yang meminta agar pemerintah memfasilitasi sholat Ied pada 21 April.
Thomas tuh nulis begini: “Sudah tidak taat keputusan pemerintah, eh masih minta difasilitasi tempat shalat Ied.” Maksudnya Thomas, Muhammadiyah kan tidak sejalan dengan keputusan pemerintah, tapi di beberapa daerah Muhammadiyah meminta agar pemerintah mengizinkan penggunaan fasilitas publik untuk sholat Ied pada 21 April. Ini kan sebenarnya sindirian biasa-biasa saja.
Tapi saat itulah, tiba-tiba saja Andi Pangerang merespons komentar Thomas. Hanya saja, berbeda dengan bossnya yang menulis dengan nada yang kalem, nah Andi ini marah-marah. Sejak awal dia udah ngegas. Katanya, umat Muhammadiyah, walau masih menjadi saudara seiman dan rekan diskusi lintas keilmuan, tapi sudah dianggap sebagai musuh bersama dalam hal keiluman progresif yang masih sektoral.
Andi kemudian mempertanyakan buat apa Muhammadiyah berbangga-bangga punya masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit, kalau hanya egosentris dan egosektoral saja. Sampai sana marah-marahnya masih lumayan. Yang lebih parah, dia sampe mengancam. Katanya, apa perlu darah semua Muhammadiyah dihalalkan?
Dia bahkan mengatakan, “Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian.” Komentar ini tentu saja membuat heran banyak netizen dan membuat marah Muhammadiyah.
Rektor Muhammadiyah Jakarta Ma’mun Murod segera mengunggah tangkapan layar komentar Andi dalam tweet yang ditujukan pada Presiden Jokowi, Menkopolhukam, Kapolri, Menteri Agama, dan Kepala BRIN. Dia menulis kaya gini, “Kok main ancaman bunuh? BRIN sebagai lembaga riset harusnya menampakkan keintelektualannya. Bukan justru seperti preman!”
Andi pun ciut ngadepin ancaman yang kayak gitu. Dia kemudian membuat surat pernyataan resmi yang berisi permintaan maaf kepada pimpinan dan seluruh warga Muhammadiyah. Andi juga mengakui komentar itu keluar karena rasa emosi dan ketidakbijaksanaannya waktu melihat akun Thomas Djamaluddin diserang oleh sejumlah pihak.
Permintaan maaf juga diajukan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko. Tri meminta maaf kepada Muhammadiyah atas pernyataan dan perilaku salah satu sivitas BRIN, meskipun ini adalah ranah pribadi yang bersangkutan Walaupun telah membuat surat permintaan maaf, BRIN tetap memproses Andi dengan menggelar sidang Majelis Etik ASN dan sidang Majelis Hukuman Disiplin ASN.
Bareskrim POLRI juga mulai mempelajari apakah memang ada ancaman pembunuhan dalam pernyataan Andi. Di pihak lain, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengimbau warganya untuk menahan diri dan tidak terpancing atas komentar yang dituliskan Andi. Kemarahan Andi ini memang jadi rame banget di medsos. Pertanyaannya, kenapa sih Andi merasa harus begitu marahnya sampai mengancam dengan cara membabibuta?
Dari kasus ini ada sejumlah hal yang bisa dipelajari. Andi ini adalah salah seorang astronom muda yang cemerlang di BRIN. Dia adalah lulusan S1 Teknik Elektro di Universitas Diponegoro. Pada 2018, ia bergabung dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) yang kini dilebur ke BRIN. Dia memiliki kecintaan tinggi terhadap astronomi.
Dia misalnya menciptakan platform perhitungan arah kiblat, waktu salat, gerhana dan hisab awal bulan Hijriah. Dia memang mengagumi Thomas Djamaluddin, yang merupakan mantan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Thomas sudah merumuskan kriteria hilal yang sekarang sudah digunakan oleh Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Nah menurut kriteria Thomas ini, Idul Fitri tahun ini di Indonesia seharusnya memang jatuh pada 22 April. Tapi kepintaran ternyata tidak sejalan dengan etika. Karena kepintarannya, Andi mungkin sangat percaya bahwa yang benar adalah hasil perhitungan hilal dari Thomas. Tapi keyakinannya membuat dia gelap mata.
Dia nggak bisa terima kalo Muhammadiyah tidak mengikuti apa yang ditetapkan Thomas, dan dia semakin marah karena ternyata idolanya ini dikritik di media sosial. Kita perlu orang pintar seperti Thomas. Tapi dia perlu belajar untuk mengendalikan diri, emosi, dan mau menerima perbedaan.