Perindo Naik Pesat Karena Langgar UU Penyiaran?

266

Jakarta, PIS – Hari Tanoe sekarang ini pasti lagi bahagia. Hasil survey SMRC terbaru menunjukkan suara Perindo naik tajam. Partai Hari Tanoe ini memperoleh 4,6%. Ini artinya Perindo sudah melampaui ambang batas minimal agar sebuah partai dapat lolos ke DPR.

Perindo kan selama ini adalah partai di luar parlemen. Tapi bila hasil survey ini nanti benar-benar terwujud saat Pemilu berlangsung, para wakil Perindo akan melenggang ke Senayan tahun 2024. Hebatnya juga, suara Perindo saat ini berada di atas partai-partai lama.

Nasdem hanya memperoleh 3,2 persen; PPP hanya memperoleh 2,9% ,dan PAN 1,7%. Perindo sudah berada di jajaran the big 7, tujuh partai dengan perolehan suara terbesar. Pada Pemilu 2019, suara Perindo baru 2,67%. Pertanyaannya: apa ya kunci sukses Perindo ini?

Saya rasa ini ada kaitannya dengan kampanye Perindo selama empat tahun terakhir. Kampanye mereka itu massif, sistematis, dan terstruktur. Kampanye itu bisa dibagi dua, offline dan online.

Yang offline itu misalnya sekarang kita sering melihat ada gerobak bakso Perindo. Nah itu bagian dari upaya Perindo mendekati unit usaha kecil. Perindo itu bekerjasama dengan Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (APMISO).

Melalui organisasi itulah, Perindo membagi-bagi gerobak bakso dan bahkan mobil penggiling daging buat bakso. Kegiatan lain adalah mendekati para public figure, seperti Tuan Guru Bajang, yang diangkat sebagai Ketua Harian Perindo.

Perindo juga merekrut tokoh-tokoh muda yang sebelumnya sudah naik daun di partai lain. Ini semua membangun kesan positif tentang Perindo. Tapi yang lebih penting adalah kampanye online.

Terutama kampanye televisi yang didukung media lain, termasuk media sosial. Sebagian orang menganggap rakyat Indonesia sudah tidak lagi menonton televisi. Ini salah besar. Yang tidak lagi menonton televisi adalah kalangan menengah ke atas yang hidup dalam dunia digital.

Yang menonton Netflix, Disney Hotstar, dan Youtube adalah kalangan orang kaya. Rakyat pada umumnya masih menonton televisi nasional. Jadi kampanye Perindo di televisi milik Hari Tanu (atau HT) akan mencapai jutaan orang atau puluhan juta orang setiap hari.

Dan ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Kekuatan media kampanye HT memang paling kuat di Indonesia. Dia memiliki setidaknya 4 stasiun televisi nasional: RCTI, Global TV, MNC TV, dan i-News.

Dia juga punya 11 stasiun lokal. Dia punya stasiun televisi berbayar, Indovision, beserta sejumlah channel di dalamnya. Ada dua portal berita. Ada radio jaringan.

Satu sura kabar. Di semua media itu, iklan dan berita Perindo dimassifkan. Dan berita di sini bukanlah sekadar berita apa adanya. Kalau menyangkut HT atau Perindo, beritanya pasti positif.

Berita sukses dan keberhasilan Perindo. Dan sebaliknya, kalau menyangkut lawan politiknya, pasti berita buruk atau negatif. Teman saya pernah membuat penelitian mengenai pemberitaan grup MNC tentang Jokowi waktu HT masih berseberangan dengan Presiden pada Pemilu 2014.

Dan nyatanya, hampir semua berita tentang Jokowi di saat itu adalah keburukan tentang Jokowi. Saat ini HT belum bisa dipastikan berada di kubu capres mana. Tapi begitu nanti dia sudah tegas menentukan pilihan, kemungkinan besar semua media MNC akan menghajar lawan-lawan politiknya.

Begitu juga dengan berita tentang Perindo. Sepenuhnya positif. Memang sih masyarakat bisa saja tidak menonton berita secara serius. Tapi ketika wajah HT dan Perindo terus muncul di layar dengan nada positif, sangat mungkin masyarakat juga akan melihat mereka dengan positif.

Dan jangan lupa dengan kekuatan iklan. Iklan Perindo terus mengalir melalui televisi grup MNC. Lagu Mars Perindo saja terus diulang-ulang sejak pagi. Dan salah satu kalangan yang paling terkena adalah kaum ibu.

Dari data lembaga survey media Nielsen menunjukkan pengeluaran iklan televisi naik di tahun 2022. Menurut Nielsen, belanja iklan politik dan pemerintahan di semester 1 2022 mencapai Rp 4,4 triliun

Ini artinya meningkat 13% dari periode yang sama tahun lalu. Dan yang paling banyak beriklan dalam kategori politik itu adalah Perindo. Ini baru semester 1 lalu ya. Sangat mungkin di tahun depan, jumlahnya akan terus meningkat.

Grup MNC ini juga menguasai semua segmen penonton. RCTI ditujukan sebagai tontonan keluarga, kelas menengah ke atas. MNC Group lebih ke kelas menengah ke bawah. Global TV untuk kalangan yang lebih muda.

Sementara 1-news sebagai stasiun khusus berita. Iklan Perindo disebar di semua media ini. Dan ditayangkan terutama di program-program dengan rating tertinggi. Misalnya saja dalam sinetron-sinetron drama cinta, seperti Ikatan Cinta di RCTI .

Atau ditayangkan di tayangan infotainment. Penonton terbesar acara-acara itu adalah kaum ibu. Jadi jangan heran kalau para ibu menjadi pendukung utama Perindo saat ini. Kemassifan iklan Perindo ini beda dengan Nasdem.

Nasdem juga menggunakan media yang dimiliki Surya Paloh. Tapi Surya Paloh hanya memiliki satu stasiun televisi, yaitu Metro TV, dan beberapa media cetak dan media online. Penonton Metro TV pun hanya kalangan elit.

Iklan nasdem juga tidak muncul di setiap acara Metro. Jadi efek tayangan televisi buat Nasdem ini tidak seberapa. Sebaliknya, HT betul-betul menggunakan kekuatan medianya. Partai-partai lain harus bayar ratusan miliar rupiah untuk bisa beriklan seperti Perindo.

Dan partai-partai lain baru bisa mulai berkampanye kalau sudah ada izin dari KPU nanti. Padahal Perindo sudah berkampanye selama bertahun-tahun. Menurut UU Penyiaran, apa yang dilakukan Perindo melalui media MNC ini sih sebenarnya berbau-bau melanggar hukum.

UU Penyiaran mengatakan media televisi harus menjaga netralitas. Maksudnya, televisi MNC seharusnya tidak boleh terang-terangan membuat liputan yang terus-terusan mempromosikan HT dan Perindo.

Atau memberikan slot iklan buat Perindo secara gratis selama bertahun-tahun. Tapi itu kan wilayah abu-abu. Dan karena Komisi Penyiaran Indonesia membiarkannya, wajar saja kalau MNC terus melakukannya. Jadi kalau ditanya kenapa suara Perindo naik terus? Kayaknya jawabannya adalah karena Hari Tanoe adalah raja media.