Rizka Putri Abner: KONTROVERSI AZZAYTUN: MENGAJARKAN TOLERANSI ATAU NII? | CSW

113

Jakarta, CSW – Lagi rame tentang Pondok Pesantren Az Zaytun di Indramayu. Gara-garanya beredar foto-foto tentang perayaan idul Fitri di Zaytun. Awalnya nih ada foto yang nunjukin Jemaah pria dan perempuan bercampur di shaf yang sama.

Ini aneh sih, karena kalo yang kita tau shalat jamaah di kalangan umat Islam biasanya pria dan perempuan itu dipisah. Terus di foto terlihat juga ada jarak lebar antara satu jemaah dengan jemaah lainnya. Padahal yang kita tau biasanya peserta sholat berjamaah justru harus berdiri sangat rapat tanpa ada cela kosong.

Ada juga cerita di Az Zaytun perempuan bisa jadi khatib shalat jumat, padahal biasanya umat Islam percaya bahwa yang boleh jadi pengkhotbah cuma pria. Ada juga apa yang disebut sebagai Salam Yahudi,

Ini terekam dalam video perayaan 1 Muharam, yang antara lain dihadiri oleh wakil bupati Indramayu, Lucky Hakim. Dalam video itu terlihat Lucky bingung ketika pimpinan Az Zaytun, Pandji Gumilang, mengajak hadirin mengucapkan salam Yahudi.

Video itu jadi viral karena diunggah di akun instagram Lucky yang dulu populer karena keartisannya. Lalu ada juga video yang menampilkan adegan Panji membacakan khutbah Salat Idul Fitri dengan menggunakan Kitab Injil, Kitab Perjanjian Lama, dan Kitab Perjanjian Baru sebagai rujukan.

Panji menyebut, Kitab Perjanjian Lama dan Baru merupakan bukti yang mencatat sejarah perkembangan umat manusia. Panji misalnya membacakan ayat dari Kitab Perjanjian Lama yang menjelaskan tentang sejarah Palestina dan Israel yang termaktub dalam Kitab itu.

Jadi ada banyak contoh yang menunjukkan keunikan Az Zaytun. Karena itulah banyak media kemudian berusaha melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi di sana. Diketahui Az Zaytun sudah berusia cukup lama, didirikan taun 1996 oleh Panji, diatas tanah seluas 1200 hektar pondok pesantren itu cepat banget berkembangnya.

Yang berdiri di kompleks itu bukan hanya pondok pesantren biasa, melainkan fasilitas pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi. Ajaran yang disebarkan adalah ajaran Islam, dengan beragam modifikasi.

Tapi seperti apa yang dikatakan di awal, banyak pihak yang sekarang mempertanyakan keislaman Az Zaytun. Majelis Ulama Indonesia bahkan menurunkan tim peneliti selama empat bulan untuk mempelajari Az Zaytun.

MUI menyimpulkan bahwa memang ada sejumlah penyimpangan di Az Zaytun. Menurut MUI ini terjadi karena pimpinan Az Zaytun melakukan penafsiran ayat-ayat Al Quran dengan cara menyimpang.

Beberapa contoh yang disebut MUI adalah soal cara shalat berjamaah, zakat, dan ketiadaan wajib sholat. Tapi di luar cara beribadat, ada tuduhan yang lebih serius.

MUI menuduh ada keterkaitan antara Az Zaytun dengan organisasi Negara Islam Indonesia. MUI menyatakan ada hubungan bersifat historis,kepemimpinan, dan finansial antara Az Zaytun dengan NII.

Ini serius karena NII adalah sebuah gerakan terlarang di Indonesia yang bertentangan dengan prinsip-prinsip NKRI. Kesimpulan MUI ini didukung seorang aktivis sekaligus pemerhati anti Negara Islam, Ken Setiawan yang adalah seorang pendiri Pusat Krisis Negara Islam Indonesia, dan dia menganggap Az Zaytun sebuah turunan dari ide Negara Islam.

Ken misalnya mengungkapkan bahwa syahadat yang diajarkan di Az Zaytun berbeda dari yang diyakini sebagian besar umat Islam. Syahadat yang lazim dikenal umat Islam kan berisi kesaksian umat islam bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasulullah.

Sementara syahadat Az Zaytun ditambahkan dengan kesaksian bahwa tidak ada negara selain negara Islam. Ken juga mengungkapkan adanya ritual unik di Az Zaytun seperti ritual Thawaf.

Di dalam islam, Thawaf adalah salah satu ritual yang dilakukan di saat ibadah haji di Mekah. Umat Islam diperintahkan berlari-lari kecil di sekitar Ka’bah dan sesekali melempar batu ke Ka’bah

Di Az Zaytun juga ada ritual menyerupai ibadah haji yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharam. Tapi Thawaf versi Az zyatun dilakukan dengan cara berbeda dan di tempat berbeda.

Bukan di Mekah, tapi area Ponpes seluas 1.200 hektar itu. Dan berkelilingnya tidak dengan lari-lari kecil, melainkan dengan naik mobil. Soal Az Zaytun ini memang penting untuk dipelajari.

Pondok pesantren ini memang terlihat berbeda, tapi Az Zaytun juga mengajarkan hal-hal yang nampaknya positif bagi Indonesia. Panji dikenal mengkampanyekan penghormatan atas keberagaman.

Az Zaytun sendiri dirancang untuk menjadi lembaga pendidikan yang bisa menerima semua umat beragama yang berbeda-beda. Bisa dibilang, Az Zaytun ini sangat pluralis.

Az Zaytun bahkan diberitakan di suratkabar Amerika Serikat, Washington Times sebagai pesantren terbesar se Asia Tenggara. Ribuan santrinya berasal bukan saja dari Indonesia, tapi juga beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Timor Leste.

Para santri di sana mengaku mereka diajarkan Islam yang terbuka dan toleran, menghindari perpecahan, dan menerima penganut agama lain. Sistem pendidikan di Az Zaytun menganut Sistem Pendidikan Satu Pipa, sistem pendidikan yang berkelanjutan dari tingkat usia dini hingga perguruan tinggi,

Jadi seorang santri belajar dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi di Az Zyatun. Az Zaytun bukan saja memiliki Institut Agama Islam, tapi juga pendidikan non-formal, seperti ilmu computer, teknologi informasi, bahasa dan pertanian.

Siswa siswi Az Zaytun juga memiliki banyak prestasi di banyak cabang olahraga nasional. Karena itu sangat memprihatinkan kalau Az Zaytun ternyata berafiliasi dengan NII. Bantahan tentang keterkaitan Az Zaytun dengan Negara Islam Indonesia sebenarnya pernah dilontarkan Jenderal Moeldoko dan Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono.

Tapi apa yang diungkapkan MUI dan Ken Setiawan tetap perlu mendapat perhatian. Indonesia perlu lembaga pendidikan Islam yang berkualitas, namun juga tak boleh terkait dengan gerakan-gerakan yang akan menghancurkan NKRI.