Jakarta, CSW – Kali ini kami akan bicara tentang sebuah LSM yang sebenarnya bereputasi. Namanya KawalCOVID-19, didirikan oleh tokoh aktivis media sosial di Singapura, bernama Ainun Najib.
Seperti terlihat dari namanya, ini adalah sebuah LSM yang peduli pada pananganan Covid-19. Namun kali ini, kami melihat karena mungkin posisi politik mereka, mereka melakukan sikap yang sangat kekanak-kanakan.
Ini terkait dengan kritik mereka terhadap kami, Civil Society Watch, serta pendiri CSW, Bang Ade Armando. Mereka tiba-tiba saja menjelma menjadi organisasi yang terlihat tidak objektif, tidak berimbang, dan mengada-ada.
Ini berawal dari keributan di media sosial antara Bang Ade dengan seorang dosen di Universitas Nanyang, Prof. Sulfikar Amir.
Pak Sulfikar ini juga dikenal dengan nama samaran Joel Picard. Pak Sul tidak suka dengan sebuah tulisan Bang Ade yang diposting di beberapa media sosial pada 18 Juli.
Dalam postingan itu, Bang Ade menulis bahwa walau jumlah penduduk Inggris sebenarnya jauh lebih rendah daripada penduduk Indonesia, tapi jumlah warga yang meninggal akibat Covid-19 di Inggris jauh lebih tinggi dari Indonesia.
Bang Ade menulis itu dalam konteks dukungannya agar pemerintah tidak memperpanjang PPKM. Seperti mungkin Anda ketahui, Inggris adalah negara yang sudah menyatakan menghentikan lockdown, meski jumlah kasus Covid-19nya masih terus bertambah.
Pak Sul marah atas postingan Bang Ade. Dia mungkin ingin agar PPKM dilanjutkan. Akibatnya dia mengeluarkan kata-kata kasar melalui tweetnya. Itu yang kemudian dijawab lagi oleh Bang Ade melalui media sosialnya, dan seterusnya.
Dalam kondisi inilah kemudian KawalCOVID19 ikut meramaikan suasana. Mereka pada 19 Juli, tiba-tiba mengeluarkan tweet yang menghina.
Menurut KawalCOVID-19, mereka ingin mengajarkan Bang Ade tentang membaca angka statistik dalam konteks. Tapi kemudian, mereka bilang, mereka mengurungkan niat karena mereka tidak ingin menjadi manusia mubazir seperti Bang Ade.
Kalimatnya seperti ini: “Kami ngga pingin jadi manusia mubazir seperti you.”
Kemudian mereka kembali menulis tweet bahwa kematian manusia bukanlah cuma statistik dan angka.
Mereka menulis: “Kami juga menyajikan data dan fakta, namun kami merasa bahwa kami ingin menyajikannya dengan cara terbaik, yaitu dengan empati, kejujuran, dan kehati-hatian.”
Terus terang, tweet ini terkesan ironis. Karena setiap hari, KawalCOVID-19 ini sebenarnya rajin menyajikan statistik, data, dan angka begitu saja di situs dan di media sosial mereka.
Jadi, mereka sebenarnya sama saja dengan tweet Bang Ade yang begitu saja menyajikan data tanpa ada penilaian pribadi. Tapi kalau cuma itu, KawalCOVID-19 mungkin tidak terlalu bermasalah.
Yang lebih penting adalah tweet mereka pada tanggal 20 Juli. Pada hari itu, Bang Ade memang sudah merespons tweet Pak Sul dan KawalCOVID-19. Dan respons itu disajikan dalam tulisan panjang yang dimuat di website Civil Society Watch.
Dalam tulisan panjang itu Bang Ade berusaha mengkritik argumen Pak Sul dan KawalCOVID-19 yang bilang ingin mengajarkan soal baca statistik itu.
Nah ketika itulah, KawalCOVID-19 menulis tweet seperti ini:
“Ketika kita jadi sasaran utama gerombolan yang secara aktif bergiat untuk menggoyahkan kritik atas nama pihak yang berkuasa, di situlah kita tahu kita ada di jalan yang benar. Selamat, Prof. Sulfikar sudah masuk daftar sasaran Ade Armando. Sungguh suatu kehormatan.”
Terus terang, bagi kami, ini mengejutkan. Anda bisa melihat bahwa mereka berusaha menciptakan kesan, mereka adalah korban serangan gerombolan tertentu yang bergiat atas nama pihak yang berkuasa.
Siapakah yang dimaksud dengan ‘gerombolan’ tersebut? Jelaslah, yang mereka maksud adalah kami, Civil Society Watch.
Jadi, mereka membayangkan CSW adalah kelompok yang dibayar pemerintah yang menyasar kelompok seperti KawalCOVID-19. Itu yang kami sebut sebagai kekanak-kanakkan.
Coba lihat cerita yang tadi kami sampaikan. Bang Ade sedang mendorong agar pemerintah menghentikan PPKM. Karena itulah Bang Ade menggunakan data perbandingan antara Indonesia dan Inggris yang memang sudah menghentikan lockdown walau kasus Covid-19nya tinggi.
Pak Sulfikar kemudian menghina Bang Ade. KawalCOVID-19 kemudian juga menyindir Bang Ade. Bang Ade kemudian menulis di website Civil Society Watch untuk menunjukkan kelemahan argumen Pak Sulfikar dan KawalCOVID-19.
Kok tiba-tiba saja ceritanya dibalik, sehingga seolah-olah CSW menyerang Sulfikar dan KawalCOVID-19 atas nama penguasa?
Lucunya lagi, ternyata akhirnya PPKM diperpanjang. Dengan kata lain, harapan Bang Ade sebenarnya tidak dipenuhi pemerintah. Jadi, jelas ya CSW tidak membawa suara pemerintah. Karena itulah, kami prihatin dengan KawalCOVID-19.
Mereka rupanya begitu percaya bahwa LSM seperti mereka hendak ditindas oleh pemerintah. Dan karena itu mereka percaya bahwa CSW adalah lembaga yang dibentuk pemerintah untuk diadudomba dengan mereka.
Sikap KawalCOVID-19 adalah sikap masyarakat sipil yang tidak sehat. Perbedaan pendapat adalah hal biasa dalam demokrasi. Kalau KawalCOVID-19 tidak setuju dengan pendapat CSW ya balas argumen kami, nanti akan kami balas dengan argumen.
KawalCOVID-19 adalah lembaga yang memiliki reputasi. Apa yang disampaikan KawalCOVID-19 akan didengar oleh masyarakat luas. Apalagi pendirinya adalah Ainun Najib. Dia adalah tokoh yang dikagumi di masyarakat sipil. Kami sendiri kagum dengan KawalCOVID-19.
Kalau kita melihat situs KawalCOVID-19, kita akan memperoleh banyak informasi yang baik. Di dalamnya ada data stasitik Covid-19 yang diperbarui setiap hari. Ada panduan isolasi mandiri. Ada periksa fakta dan hoax. Ada serial buku elektronik untuk anak-anak. Ada link-link situs berbagai organisasi yang relevan, seperti WHO dan UNICEF.
Jadi KawalCOVID-19 adalah sebuah inisiatif masyarakat sipil yang terpuji. Sayangnya, pernyataan-pernyataan KawalCOVID19 di media sosial sama sekali tidak mencerminkan kualitas tersebut.
Mereka marah pada siapapun yang berbeda pendapat dengan mereka. Dan kemudian menganggap mereka yang berbeda itu adalah musuh yang menghabisi mereka. Mudah-mudahan ke depan, KawalCOVID-19 bisa membaik.